METALLOGRAFI


Permukaan spesimen metalografi dibuat dengan berbagai metode grinding, polishing, dan etsa. Setelah persiapan, sering dianalisis usingoptical atau mikroskop elektron. Hanya menggunakan teknik metalografi, seorang teknisi yang terampil dapat mengidentifikasi paduan dan memprediksi sifat material.


Persiapan mekanik adalah metode persiapan yang paling umum. Partikel abrasif berturut-turut halus digunakan untuk menghilangkan bahan dari permukaan sampel hingga kualitas permukaan yang diinginkan tercapai. Banyak mesin yang berbeda yang tersedia untuk melakukan grinding dan polishing ini, mampu memenuhi tuntutan yang berbeda untuk kualitas, kapasitas, dan reproduktifitas. Sebuah metode persiapan sistematis adalah cara termudah untuk mencapai struktur yang benar. Persiapan sampel karena harus mengejar aturan yang cocok untuk bahan yang paling. Bahan yang berbeda dengan sifat yang mirip (kekerasan dan daktilitas) akan merespon sama sehingga membutuhkan habis sama selama persiapan.
(Idrus, 2011)
Teori Dasar Metalografi merupakan disiplin ilmu yang mempelajari karakteristik mikrostruktur suatu logam, paduan logam dan material lainnya serta hubungannya dengan sifat-sifat material tersebut. Ada beberapa metode yang dipakai, yaitu : ,ikroskopik (optik maupun elektron), difraksi (sinar-X, elektron dan neutron), analisis(X-ray fluorense, electron microprobe) dan juga metalografi stereometri. Pada praktikum metalografi ini digunakan metode mikroskop yang dibagi menjadi dua, yaitu : Metalografi makro

(pengamatan struktur dengan perbesaran 10 – 100 kali) dan Metalografi mikro (pengamatan struktur dengan perbesaran di atas 100 kali).

Sebelum dilakukan pengamatan mikrostruktur dengan mikroskop maka diperlukan preparasi sampel Tahapan kerja preparasi sampel : 

1.      Penentuan Wilayah Kerja Sampel
Dalam pemotongan dan pengambilan sampel, perlu diperhatikan wilayah daerah kerja sampel yang akan diamati yang biasanya disebut sebagai bidang orientasi dasar, yaitu :
a. Bidang transversal : tegak lurus terhadap arah sumbu deformasi panas
b. Bidang planar : sejajar dengan sumbu pengerjaan dan memiliki luas permukaan yang paling besar dan yang paling sering bersinggungan dengan rol.
c. Bidang longitudinal : tegak lurus terhadap bidaqng planar dan sejajar dengan arah pengerjaan 

2.    Pemotongan Sampel
Teknik pemotongan sampel dapat dilakukan dengan :
a.    Pematahan : untuk bahan getas dank eras
b.    Pengguntingan : untuk baja karbon rendah yang tipis dan lunak
c.    Penggergajian : untuk bahan yang lebih lunak dari 350 HB.
d.   Pemotongan abrasi : Untuk pemotongan
e.    Electric discharge machining : untuk bahan dengan konduktivitas baik di mana sampel direndam dalam fluida dielektrik lebih dahulu. 

3.      Pemasangan sampel (monting)
Prosedur mounting dilakukan apabila sampel terlalu kecil, bentuk tak beraturan, sangat lunak, mudah pecah dan berongga. Caranya adalah dengan meletakkan sampel ke dalam cetakan mounting, lalu memasukkan resin yang telah dicampur denga hardener. Larutan mounting harus memiliki sifat : a. tak bereaksi dengan sampel b. kekentalannnya sedang dalam bentuk cair dan bebas udara pada bentuk padatnya c. adhesi yang baik dengan sampel d. kekuatan dan tahanan yang sama besar dengan sampel e. kemampuan susut yang rendah Permukaansampel yang akan diuji harus ada di bagian bawah. Setelah dibiarkan selama 25 menit maka bahan mounting telah siap dan sampel telah siap dipreparasi dengan langkah berikutnya. 

4.      Pengamplasan
Pengamplasan Pengamplasan bertujuan untuk meratakan dan menghjluskan permukaan sampel yang akan diamati. Pengamplasan ini dilakukan secara berurutan yaitu denga memakai amplas kasar hingga amplas halus (no # tinggi). Pengamplasan kasar dilakukan dengan menggunakan amplas dengan nomor di bawah 180 #, sedangkan pengamplasan halus menggunakan amplas dengan nomor lebih tinggi dari 180 #. Pengamplasan dimulai dengan meletakkan sampel pada kertas amplas dengan permukaan yang akan diamati bersentuhan langsung dengan bagian kertas amplas yang kasar, kemudian sampel ditekan dengan gerakan searah. Selama pengamplasan terjadi gesekan antara permukaan sampel dan kertas amplas yang memungkinkan terjadinya kenaikan suhu yang dapat mempengaruhi mikrostruktur sampel sehingga diperlukan pendinginan dengan cara mengaliri air. Apabila ingin mengganti arah pengamplasan, sampel diusahakan berada pada kedudukan tegak lurus terhadap arah mula-mula.

5.      Pemolesan
Pemolesan Pemolesan bertujuan untuk lebih menghaluskan dan melicinkan permukaan sampel yang akan diamati setelah pengamplasan. Seperti halnya pengamplasan, pemolesan dibagi dua yaitu pemolesan kasar dan halus. Pemolesan kasar menggunakan abrasive dalam range sekitar 30 - 3µm, sedangkan pemolesan halus menggunakan abrasive sekitar 1µm atau di bawahnya. Sebelum pemolesan dilakukan, sampel terlebih dulu dibersihkan dengan air. Pemolesan dimulai dengan menyalakan mesin poles pada kecepatan sedang. Bagian permukaan sampel yang akan diuji ditekan ke mesin poles sambil dialiri air. Sampel digerakkan secara radial dengan bagian permukaan sampel yang telah dipoles harus dilihatb secara berkala. Berikutnya dilakukan pemolesan halus denga cara yang sama seperti di atas tetapi dengan mengganti air dengan autosol. 

6.      Etsa  (Ecthing)
Dilakukan dengan mengkikis daerah batas butir sehingga struktur bahan dapat diamati dengan jelas dengan bantuan mikroskop optik. Zat etsa bereaksi dengan sampel secara kimia pada laju reaksi yang berbeda tergantung pada batas butir, kedalaman butir dan komposisi dari sampel. Sampel yang akan dietsa haruslah bersih dan kering. Slema etsa, permukaan sampel diusahakan harus selalu terendam dalam etsa. Waktu etsa harus diperkirakan sedemikian sehingga permukaan sampel yang dietsa tidak menjadi gosong karena pengikisan yang terlalu lama. Oleh karena itu sebelum dietsa, sampel sebaiknya diolesi alkohol untuk memperlambat reaksi.

Pada pengetsaan masing-masing zat etsa yang digunakan memiliki karakteristik tersendiri sehingga pemilihannya disesuaikan dengan sampel yang akan diamati. Zat etsa yang umum digunakan untuk baja ialah nital dan picral. Setelah reaksi etsa selesai, zat etsa dihilangkan dengan cara mencelupkan sampel ke dalam aliran air panas. Seandainya tidak memungkinkan dapat digunakan air bersuhu ruang dan dilanjutkan dengan pengeringan dengan alat pengering. Permukaan sampel yang telah dietsa tidak boleh disentuh untuk mencegah permukaan menjadi kusam.
(Idrus, 2011)
Sifat mekanik suatu logam sangat dipengaruhi oleh komposisi kimia dan sturktur mikro dari logam tersebut. Struktur mikro dari suatu logam dapat diubah dengan jalan memberikan perlakuan panas pada logam tersebut (heat treatment). Selain heat treatment perubahan struktur mikro juga dapat disebabkan oleh deformasi plastis pda logam. Dengan adanya deformasi plastis pada logam, maka akan terjadi slip atau dislokasi pada kristal logam hingga menyebabkan proses pengerasan (strain hardening).
(Shirley, 2013)
Perlakuan Panas Terhadap Logam Menurut Tujuannya
Perlakuan panas adalah suatu metode yang digunakan untuk mengubah sifat fisik, dan kadang-kadang sifat kimia dari suatu material. Aplikasi yang paling umum adalah untuk material logam walaupun perlakuan panas juga digunakan dalam pembuatan berbagai materi lain, seperti kaca. Secara umum perlakuan panas adalah memanaskan atau mendinginkan material, biasanya dalam suhu ekstrem, untuk mencapai hasil yang diinginkan seperti pengerasan atau pelunakan material. yang termasuk teknik perlakuan panas adalah anealing, case hardening, prescipitation strengthening, tempering dan quenching. Perlu dicatat bahwa walaupun perlakuan panas sengaja dilakukan untuk untuk tujuan mengubah sifat secara khusus, di mana pemanasan dan pendinginan dilakukan untuk tujuan mengubah sifat, pemanasan dan pendinginan sering terjadi secara kebetulan selama proses manufaktur lain seperti pembentukan panas (Hot forming) atau Pengelasan.

Material logam itu terdiri dari struktur mikro berupa kristal-kristal kecil yang disebut "butir" atau kristalit. Sifat butir (yaitu ukuran butir dan komposisi) adalah salah satu faktor paling penting yang dapat menentukan sifat mekanis logam secara keseluruhan. perlakuan panas menyediakan cara yang efisien untuk memanipulasi sifat dari logam dengan mengendalikan laju difusi dan  tingkat pendinginan dalam struktur mikro tersebut.

Proses perlakuan panas yang kompleks sering dijadwalkan oleh Ahli logam (metallurgists) untuk mengoptimalkan sifat mekanis dari Logam paduan. Dalam Industri antariksa (aerospace), logam paduan super (superalloy) mungkin mengalami lebih dari lima macam panas temperatur yang berbeda untuk mengembangkan sifat yang diinginkan. Hal ini dapat mengakibatkan masalah kualitas tergantung pada akurasi kontrol suhu tungku dan penanda waktu (timer) . Perlunya perlakuan panas dilakukan adalah untuk mengurangi perubahan bentuk pada saat atau setelah dikerjakan hasil suatu konstruksi, serta merubah sifat-sifat bahan dan menghilangkan tegangan-tegangan sisa. Perlakuan sebelum benda dikerjakan disebut dengan perlakuan panas awal, sedangkan perlakuan panas setelah benda dikerjakan disebut perlakuan panas akhir.
Pelakuan panas terbagi menjadi beberapa jenis diantaranya yaitu :
1. Perlakuan panas awal dan sesudah pengerjaan
2. Menghilangkan tegangan sisa
3. Penormalan (Normalizing)
4. Pelunakan (Annealing)
5. Pengerasan (Hardening)
6. Temper (Temperring)

1.    Perlakuan Panas Awal (Preheating)
Perlakuan panas awal adalah pemanasan yang dilakukan sebelum benda kerja tersebut dikerjakan lebih lanjut, misalnya sebelum dilakukan pengelasan. Temperatur pemanasan awal adalah antara 30°C – 400°C. Hal ini perlu dilakukan, karena pada waktu pengelasan akan terjadi panas pada daerah pengelasan. Panas yang tinggi akan terpusat pada daerah pencairan. Dengan bertambah jauh jaraknya busur akan berkurang panas yang terjadi.
Pemanasan dan pendinginan yang tidak merata (perubahan termperatur) akan menyebabkan berbagai pengaruh pada daerah pengelasan misalnya keliatan, tegangan dan sifat logam Iainnya. Dengan memanaskan logam sebelum pengelasan akan mengurangi perbedaan temperatur pada daerah pengelasan. Hal ini adalah salah satu cara untuk mengatasi perubahan-perubahan pada logam yang dilas. Proses ini disebut pemanasan awal (preheating). Karena pemanasan sebelum pengerjaan akan mengurangi perubahan temperatur maka tentu juga akan mengurangi perubahan bentuk akibat tegangan yang terjadi karena pengaruh panas yang tinggi pada daerah las. Tinggi temperatur pemanasan awal tergantung pada komposisi kandungan unsur dan baja, ketebalan benda kerja serta sumber panas yang terjadi pada saat pengelasan.

Komposisi kandungan unsur dari baja akan menentukan kekerasan baja tersebut. Misalnya baja karbon yang baru dilas dan kemudian didinginkan secara cepat, maka dapat berakibat keretakan pada benda kerja tersebut. Disini pemanasan sebelum pengenjaan diperlukan untuk memperlambat pendinginan supaya tidak retak pada daerah yang dilas / dipanaskan. Dengan semakin tebalnya bahan, maka semakin besar pula pengaruh pendinginan dan dengan semakin tebalnya bahan maka semakin lama pemanasan awal yang diperlukan.  Pemanasan awal pada bahan-bahan baja yang dipakai di industri manufaktur sangat bervariasi. Untuk mengetahui temperatur pemanasan awal untuk berbagal jenis dan ketebalan pelat adalah dengan cara melihat katalog yang dikeluarkan oleh fabrik pembuat baja tersebut. Pemanasan awal ini juga sering digunakan pada pengelasan bahan-bahan yang mudah retak dan susah untuk di las yakni untuk memperlambat proses pendinginan.
2.        Menghilangkan Tegangan Sisa (Stress Relieve)
Temperatur pemanasan untuk menghilangkan tegangan sisa (stess relieve) adalah berkisar 590°C-670°C. Pemanasan sesudah pengelasan sering dilakukan dalam dunia industri. Besar temperatur tergantung pada jenis perlakuan panas. Pada dasarnya tingginya temperatur untuk menghilangkan tegangan sisa adalah dibawah temperatur kritis 723°C, karena struktur baja tidak akan berubah dibawah temperatur 723°C. Perubahan sifat baja akan terjadi apabila temperatur melebihi 723°C dan proses perlakuan panas dapat dilihat pada diagram perlakuan panas. Apabila tegangan sisa dihilangkan maka tegangan yang tertahan oleh bagian yang dingin sewaktu pengelasan akan hilang pula. Menghilangkan tegangan sisa ini dilakukan pada berbagal jenis pekerjaan termasuk juga pada bejana bertekanan dan ketel. Langkah kerja untuk menghilangkan tegangan sisa ini yaitu:
a.    Panaskan benda kerja secara bertahap ( perlahan )
b.    Biarkan pemanasan benda kerja ini sesuai dengan temperatur yang tepat dan waktu tertentu.
c.    Dinginkan benda kerja secara perlahan.

Untuk menghilangkan tegangan sisa ini dan menentukan tinggi temperatur dilakukan oleh operator perlakuan panas dan bukan oleh tukang las ini dilakukan dalam dapur pemanas atau peralatan khusus untuk perlakuan panas.
3.      Penormalan (Normalizing)
Temperatur untuk normalizing adalah 820°C – 980°C. Seluruh baja terdiri dan butiran-butiran halus. Bentuk dan ukuran dan butiran-butiran tergantung pada proses pendinginkan dan pengerjaan bahan tersebut. Bentuk dan ukuran dan butiran sering mempenganuhi sifat bahan logam, maka proses perlakuan panaslah yang mengontrolnya. Perubahan temperatur yang bervaniasi pada pengelasan akan menimbulkan ukuran butiran yang tidak sama pada daerah pengelasan yang akan mengakibatkan kritisnya benda kerja. Untuk mengatasi ini benda perlu dinormalkan agar mendapatkan ukuran butiran yang sama.
Berikut ini adalah langkah-langkah normalizing
a. Panaskan baja kira-kira 60°C diatas temperatur kritis.
b. Biarkan beberapa saat supaya pemanasan merata.
c. Didinginkan dalam ruangan.

4.      Pelunakan (Annealing)
Annealing ialah suatu proses laku panas (heat treatment) yang sering dilakukan terhadap logam atau paduan dalam proses pembuatan suatu produkcooling rate), dll.

Merupakan proses perlakuan panas untuk menghasilkan perlite yang kasar (coarse pearlite) tetapi lunak dengan pemanasan sampai austenitisasi dan didinginkan dengan dapur, memperbaiki ukuran butir serta dalam beberapa hal juga memperbaiki machinibility.

Pada proses full annealing ini biasanya dilakukan dengan memanaskan logam sampai keatas temperatur kritis (untuk baja hypoeutectoid , 25 Derajat hingga 50 Derajat Celcius diatas garis A3 sedang untuk baja hypereutectoid 25 Derajat hingga 50 Derajat Celcius diatas garis A1). Kemudian dilanjutkan dengan pendinginan yang cukup lambat (biasanya dengan dapur atau dalam bahan yang mempunyai sifat penyekat panas yang baik). Perlu diketahui bahwa selama pemanasan dibawah temperatur kritis garis A1 maka belum terjadi perubahan struktur mikro. Perubahan baru mulai terjadi bila temperatur pemanasan mencapai garis atau temperatur A1 (butir-butir Kristal pearlite bertransformasi menjadi austenite yang halus). Pada baja hypoeutectoid bila pemanasan dilanjutkan ke temperatur yang lebih tinggi maka butir kristalnya mulai bertransformasi menjadi sejumlah Kristal austenite yang halus, sedang butir Kristal austenite yang sudah ada (yang berasal dari pearlite) hampir tidak tumbuh. Perubahan ini selesai setelah menyentuh garis A3 (temperatur kritis A3). Pada temperatur ini butir kristal austenite masih halus sekali dan tidak homogen. Dengan menaikan temperatur sedikit diatas temperatur kritis A3 (garis A3) dan memberi waktu penahanan (holding time) seperlunya maka akan diperoleh austenite yang lebih homogen dengan butiran kristal yang juga masih halus sehingga bila nantinya didinginkan dengan lambat akan menghasilkan butir-butir Kristal ferrite dan pearlite yang halus.

Baja yang dalam proses pengerjaannya mengalami pemanasan sampai temperatur yang terlalu tinggi ataupun waktu tahan (holding time) terlalu lama biasanya butiran kristal austenitenya akan terlalu kasar dan bila didinginkan dengan lambat akan menghasilkan ferrit atau pearlite yang kasar sehingga sifat mekaniknya juga kurang baik (akan lebih getas). Untuk baja hypereutectoid, annealing merupakan persiapan untuk proses selanjutnya dan tidak merupakan proses akhir.
Temperatur Pemanasan untuk proses perlunakan suatu bahan (anealing) adalah kisaran antara 820°C – 925°C. Perlunakan ini bertujuan untuk melunakan bahan untuk bisa dibengkokkan atau dibentuk dalam keadaan dingin. Serta supaya bahan dapat dengan mudah dikerjakan dengan mesin.

Pelunakan hampir sama dengan penormalan tapi proses pendinginan Iebih lambat untuk menghasilkan ukuran butiran lebih besar dan lebih lunak dibandingkan dengan bahan yang telah dinormalkan.

Berikut ini adalah Langkah kerja pelunakan :
a. Panaskan bahan sampai diatas temperatur kriitis.
b. Biarkan beberapa saat supaya pemanasan merata.
c. Dinginkan dalam dapur secara perlahan.

5.  Temper ( Tempering )
Temper adalah proses perlakuan panas lanjutan setelah proses pengerasan, bertujuan untuk mengurangi kekerasan yang terlalu tinggi akibat pendinginan yang cepat dan temperatur yang tinggi ( karena proses penyepuhan). Temperatur tempering  adalah berkisar antara 220°C – 390°C.
Antara kekerasan dan keliatan adalah berbanding terbalik, di mana semakin keras maka semakin tidak liat. Adalah hal yang penting untuk menyeimbangkan kekerasan bahan dengan penggunaannya. Misalnya pahat akan sangat keras setelah disepuh tapi akan mudah patah kalau kena pukulan. Dengan proses temper akan mengurangi sedikit kekerasannya tapi masih kuat untuk memotong besi yang lain dan juga mempunyai sifat liat untuk menahan pukulan pahu. Proses temper dilakukan dibawah temperatur kritis.

6.      Spheroidizing
Merupakan process perlakuan panas untuk menghasilkan struktur carbida berbentuk bulat (spheroid) pada matriks ferrite. Pada proses Spheroidizing ini akan memperbaiki machinibility pada baja paduan kadar karbon tinggi. Secara sederhana dapat dijelaskan sebagai berikut : bahwa baja hypereutectoid yang dianneal itu mempunyai struktur yang terdiri dari pearlite yang terbungkus oleh jaringan cemented. Adanya jaringan cemented (cemented network) ini meyebabkan baja (hypereutectoid) ini mempunyai machinibility rendah. Untuk memperbaikinya maka cemented network tersebut harus dihancurkan dengan proses spheroidizing.
(Anonim, 2012)
7.  Heat treatment dengan pendinginan
Pada saat proses pendinginan dari suhu lelehnya, baja mulai berubah menjadi fasa padat pada suhu 13500, pada fasa ini lah berlangsung perubahan struktur mikro. Perubahan struktur mikro dapat juga dilakukan dengan jalan heat treatment.
Bila proses pendinginan dilakukan secara perlahan, maka akan dapat dicapai tiap jenis struktur mikro yang seimbang sesuai dengan komposisi kimia dan suhu baja. Perubahan struktur mikro pada berbagai suhu dan kadar karbon dapat dilihat pada Diagram Fase Keseimbangan (Equilibrium Phase Diagram).

Dari diagram diatas dapat kita lihat bahwa pada proses pendinginan perubahan perubahan pada struktur kristal dan struktur mikro sangat bergantung pada komposisi kimia. Pada kandungan karbon mencapai 6.67% terbentuk struktur mikro dinamakan Sementit Fe3C (dapat dilihat pada garis vertical paling kanan).
Pada sisi kiri diagram dimana pada kandungan karbon yang sangat rendah, pada suhu kamar terbentuk struktur mikro ferit. Pada baja dengan kadar karbon 0.83%, struktur mikro yang terbentuk adalah Perlit, kondisi suhu dan kadar karbon ini dinamakan titik eutectoid. Pada baja dengan kandungan karbon rendah sampai dengan titik eutectoid, struktur mikro yang terbentuk adalah campuran antara ferit dan perlit.
Pada baja dengan kandungan titik eutectoid sampai dengan 6.67%, struktur mikro yang terbentuk adalah campuran antara perlit dan sementit. Pada saat pendinginan dari suhu leleh baja dengan kadar karbon rendah, akan terbentuk struktur mikro Ferit Delta lalu menjadi struktur mikro austenit. Pada baja dengan kadar karbon yang lebih tinggi, suhu leleh turun dengan naiknya kadar karbon, peralihan bentuk langsung dari leleh menjadi austenit.
a. Heat treatment dengan pendinginan tak menerus
Jika suatu baja didinginkan dari suhu yang lebih tinggi dan kemudian ditahan pada suhu yang lebih rendah selama waktu tertentu, maka akan menghasilkan struktur mikro yang berbeda. Hal ini dapat dilihat pada Isothermal Tranformation Diagram.

Bentuk diagram tergantung dengan komposisi kimia terutama kadar karbon dalam baja. Untuk baja dengan kadar karbon kurang dari 0.83% yang ditahan suhunya dititik tertentu yang letaknya dibagian atas dari kurva C, akan menghasilkan struktur perlit dan ferit. Bila ditahan suhunya pada titik tertentu bagian bawah kurva C tapi masih disisi sebelah atas garis horizontal, maka akan mendapatkan struktur mikro Bainit (lebih keras dari perlit). Bila ditahan suhunya pada titik tertentu dibawah garis horizontal, maka akan mendapat struktur Martensit (sangat keras dan getas). Semakin tinggi kadar karbon, maka kedua buah kurva C tersebut akan bergeser kekanan. Ukuran butir sangat dipengaruhi oleh tingginya suhu pemanasan, lamanya pemanasan dan semakin lama pemanasannya akan timbul butiran yang lebih besar. Semakin cepat pendinginan akan menghasilkan ukuran butir yang lebih kecil.
b. Heat treatment Dengan Pendinginan Menerus
Dalam prakteknya proses pendinginan pada pembuatan material baja dilakukan secara menerus mulai dari suhu yang lebih tinggi sampai dengan suhu rendah. Pengaruh kecepatan pendinginan manerus terhadap struktur mikro yang terbentuk dapat dilihat dari diagram Continuos Cooling Transformation Diagram.

Pada proses pendinginan secara perlahan seperti pada garis (a) akan menghasilkan struktur mikro perlit dan ferlit. Pada proses pendinginan sedang, seperti, pada garis (b) akan menghasilkan struktur mikro perlit dan bainit. Pada proses pendinginan cepat, seperti garis (c) akan menghasilkan struktur mikro martensit.

Sifat Perlakuan Panas Menurut Tingkat Kesetimbangannya
Sifat mekanik tidak hanya tergantung pada komposisi kimia suatu paduan, tetapi juga tergantung pada strukturmikronya. Suatu paduan dengan komposisi kimia yang samadapat memiliki struktur mikro yang berbeda, dan sifat mekaniknya akan berbeda. Struktur mikro tergantung pada proses pengerjaan yang dialami, terutama proses laku-panas yang diterima selama proses pengerjaan.
Proses laku panas adalah kombinasi dari operasi pemanasan dan pendinginan dengan kecepatan tertentu yang dilakukan terhadap logam atau paduan dalam keadaan padat, sebagai suatu upaya untuk memperoleh sifat-sifat tertentu. Proses laku-panas pada dasarnya terdiri dari beberapa tahapan, dimulai dengan pemanasan sampai ke temperatur tertentu, lalu diikuti dengan penahanan selama beberapa saat, baru kemudian dilakukan pendinginan dengan kecepatan tertentu.
Secara umum perlakukan panas (Heat treatment) menurut tingkat kesetimbangannya dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis, diantaranya yaitu:
1.      Near Equilibrium (Mendekati Kesetimbangan)
Tujuan dari perlakuan panas Near Equilibrium adalah untuk :
a. Melunakkan struktur kristal
b. Menghaluskan butir
c. Menghilangkan tegangan dalam
d. Memperbaiki machineability

Jenis dari perlakukan panas Near Equibrium, misalnya :
a. Full Annealing (annealing)
b. Stress relief Annealing
c. Process annealing
d. Spheroidizing
e. Normalizing
f. Homogenizing.
2.  Non Equilirium (Tidak setimbang)
Tujuan panas Non Equilibrium adalah untuk mendapatkan kekerasan dan kekuatan yang lebih tinggi. Jenis dari perlakukan panas Non Equibrium, misalnya :
1.  Hardening
2.  Martempering
3.  Austempering
4. Surface Hardening (Carburizing, Nitriding, Cyaniding, Flame hardening, Induction hardening)
(Agung Priharsanto,2009)


0 Response to "METALLOGRAFI"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel