Kata Dalam Bahasa Indonesia
Monday, May 18, 2015
Add Comment
BAB I
1.1
Latar belakang
Kata adalah suatu bagian yang terkecil dalam sebuah tata
bahasa, namun meskipun demikian kata merupakan suatu yang sangat vital dan
fungsional yang struktural dalam pembentukan kohesi di sebuah kalimat maupun
bagian terbesar dari itu sehingga menjadi sebuah paragrap dalam bahasa.
Kalimat efektif sangatlah memiliki kaitan yang erat akan
pola kata di dalamnya. Begitupun sebuah paragraf, juga memiliki susunan kalimat
yang benar sangat ditentukan melalui struktur katanya. Dengan demikian, dapat
kita tarik sebuah kesimpulan bersama bahwa sangatlah penting tingkat pemahaman
kita akan sebuah kata.
Lebih dari itu, jika kita kaji secara lebih mendalam,
maka kata memiliki cakupan yang sangatlah luas di dalamnya yang bahkan tidak
cukup dengan penjelasan sekilas, karena perlu diuraikan untuk dapat lebih mudah
dipahami. Disinlah jelas terlihat bahwa pengetahuan akan kata merupakan sebuah
kebutuhan yang harus dipenuhi, bukan hanya bagi pelajar tetapi para pengguna
bahasa seperti pada masyarakat umum.
Dalam makalah ini dipaparkan secara rinci mengenai pokok
bahasan “Kata” yang mencakup semua penjabaran kata. Maka dari itu diharapkan
dengan pembuatan makalah ini akan memberikan potensi konstruktif dalam
pengetahuan kata yang sangat menunjang dalam segala hal yang menyangkut penggunaan
bahasa seperti dalam pembuatan kalimat.
Berikut bahasan mengenai kata dalam makalah ini.
1.2 Perumusan Dan Pembatasan Masalah
1.2.1
Rumusan Masalah
1. Apakah arti kata ?
2. Apa saja klasifikasi kata berdasarkan kelas ?
3. Apa saja klasifikasi kata berdasarkan bentuk ?
1.3 Pembatasan Masalah
Dalam penulisan makalah ini, penulis membatasi masalah
yang akan dibahas, sehinggga pembaca dapat mengetahui secara garis besar isi
dari makalah ini. Pembatasannya yaitu :
1.
Arti kata
2.
Klasifikasi kata
dalam bahasa indonesia
1.4
Tujuan Penulisan
1.
Makalah ini dibuat
untuk memenuhi salah satu tugas dalam materi mata kuliah Bahasa Indonesia yang
termasuk ke dalam sistemika bobot penilaian.
2.
Lebih mengetahui
tentang arti kata dan kelas kata dalam bahasa indonesia
1.5
Metode Penulisan
Sesuai dengan tugas yang diberikan yaitu makalah yang
berbahan atau sumber referensi dari buku atau internet, maka untuk dapat
selaras dan mudah dipahami maka metode penulisan yang kami pakai adalah dengan
browsing di internet.
1.6
Sistematika
Penulisan
Dalam membuat makalah ini,
sistematika penulisan yang kami gunakan adalah sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan
1.1
Latar Belakang
Masalah
1.2
Rumusan Masalah
1.3
Pembatasan Masalah
1.4
Tujuan Penulisan
1.5
Metode Penulisan
1.6
Sistematika
Penulisan
Bab II Pembahasan
2.1 pengertian kata
2.2 klasifikasi kata dalam
bahasa indonesia
2.2.1 klasifikasi kata berdasarkan kelas kata
2.2.2 klasifikasi kata
berdasarkan bentuk kata
Bab III Penutup
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
3.3 Daftar Pustaka
BAB II
PEMBAHASAN
Kata dalam Bahasa Indonesia
A. Pengertian
1. Elemen terkecil dalam
sebuah bahasa yang diucapkan atau dituliskan dan merupakan realisasi kesatuan
perasaan dan pikiran yang dapat digunakan dalam berbahasa
2. konversasi, bahasa
4. Unit bahasa yang dapat
berdiri sendiri dan terdiri dari satu morfem (contoh kata) atau
beberapa morfem gabungan (contoh perkataan)
B. Klasifikasi kata
1. Klasifikasi Kata
Berdasarkan Kelas Kata
1. Kata kerja ( verba )
Kata kerja adalah kata
yang menyatakan perbuatan atau laku. Kata kerja juga disebut verba.
Kata kerja dibedakan
menjadi dua, yaitu :
a. Kata kerja transitif
adalah kata kerja yang selalu diikuti objek. Contoh: membeli, menabrak,
menangkap, dan sebagainya.
Dari segi bentuknya
kata kerja transitif dapat dibedakan dalam tujuh bentuk, yaitu:
1. Kata kerja transitif
tak berimbuhan,
contoh: makan nasi, minum susu,
dan sebagainya.
2. Kata kerja transitif
berimbuhan
1. Kata kerja transitif
berawalan me:
- Menabrak pohon
- Memukul anjing
- Menelan obat
- Menabrak pohon
- Memukul anjing
- Menelan obat
2. Kata kerja transitif
berimbuhan me-kan:
- Mengikatkan tali
- Melepaskan sandal
- Memutuskan ikatan
- Mengikatkan tali
- Melepaskan sandal
- Memutuskan ikatan
3. Kata kerja transitif
berimbuhan memper-kan:
- Mempertahankan prestasi
- Memperjuangkan hidup
- Mempermainkan bola
- Mempertahankan prestasi
- Memperjuangkan hidup
- Mempermainkan bola
4. Kata kerja transitif
berimbuhan me-i:
- Menyeberangi jalan
- Mengendarai sepeda
- Mengawasi ujian
- Menyeberangi jalan
- Mengendarai sepeda
- Mengawasi ujian
5. Kata kerja transitif
berimbuhan memper-i:
- Memperbarui lukisan
- Memperbaiki sepeda
- Memperingati hari kemerdekaan
- Memperbarui lukisan
- Memperbaiki sepeda
- Memperingati hari kemerdekaan
6. Kata kerja transitif
berimbuhan memper- :
- Memperburuk suasana
- Memperdalam ilmu
- Memperjelas masalah
- Memperburuk suasana
- Memperdalam ilmu
- Memperjelas masalah
b. Kata kerja intransitif
adalah kata kerja yang tidak diikuti secara langsung oleh objek. Contoh:
menyanyi, menari, berubah, dan sebagainya
kata kerja intransitif dapat
dibedakan menjadi dua bentuk, yaitu :
1) Kata kerja intransitif berimbuhan
- Saya duduk-duduk
- Ibu berjalan-jalan
- Adik menangis
2) Kata kerja intransitif yang terbentuk dari kata kerja yang aus (tidak berimbuhan)
- Adik lari
- Kakak pulang
- Ibu pergi
Ciri-ciri kata kerja:
1) Kata tersebut terbentuk dari imbuhan me-, di-, ber-, ter-, me-kan, di-kan, ber-an, memper-kan, diper-kan, dan memper-i.
2) Kata tersebut dapat didahului kata telah, sedang, akan, hampir, dan segera.
3) Kata tersebut dapat diperluas dengan cara menambahkan dengan + kata sifat. Contoh : menghitung dengan teliti, lari dengan cepat, dan sebagainya.
1) Kata kerja intransitif berimbuhan
- Saya duduk-duduk
- Ibu berjalan-jalan
- Adik menangis
2) Kata kerja intransitif yang terbentuk dari kata kerja yang aus (tidak berimbuhan)
- Adik lari
- Kakak pulang
- Ibu pergi
Ciri-ciri kata kerja:
1) Kata tersebut terbentuk dari imbuhan me-, di-, ber-, ter-, me-kan, di-kan, ber-an, memper-kan, diper-kan, dan memper-i.
2) Kata tersebut dapat didahului kata telah, sedang, akan, hampir, dan segera.
3) Kata tersebut dapat diperluas dengan cara menambahkan dengan + kata sifat. Contoh : menghitung dengan teliti, lari dengan cepat, dan sebagainya.
2.
Kata Sifat ( adjektif )
Kata sifat adalah kata yang menyatakan sifat atau hal keadaan dari suatu benda atau sesuatu yang dibendakan. Kata ini disebut pula adjectiva.
Menurut bentuknya, kata
sifat dibedakan menjadi :
1.
Kata sifat yang terbentuk dari
kata dasar. Contoh : kuat, lemah, jauh, dan sebagainya.
2.
Kata sifat yang terbentuk dari
kata jadian. Contoh : terindah, mengecil, terbaru, dan sebagainya.
3.
Kata sifat yang terbentuk dari
kata ulang. Contoh : kekanak-kanakan, pontang-panting, gelap-gulita dan
sebagainya.
4.
Kata sifat yang terbentuk dari
kata serapan. Contoh : amoral, kreatif, super, dan sebagainya.
5.
Kata sifat yang terbentuk dari
frase atau kelompok kata. Contoh : murah hati, keras kepala, kepala batu, dan
sebagainya
Ciri-ciri kata sifat:
1) Kata tersebut terbentuk dengan tambahan imbuhan ter- yang mengandung arti paling.
2) Kata tersebut dapat diterangkan atau didahului dengan kata-kata lebih, agak, paling, sangat, cukup.
3) Kata tersebut dapat diperluas dalam bentuk se + reduplikasi (pengulangan kata) + nya. Contoh : secantik-cantiknya, setinggi-tingginya, dan sebagainya.
1) Kata tersebut terbentuk dengan tambahan imbuhan ter- yang mengandung arti paling.
2) Kata tersebut dapat diterangkan atau didahului dengan kata-kata lebih, agak, paling, sangat, cukup.
3) Kata tersebut dapat diperluas dalam bentuk se + reduplikasi (pengulangan kata) + nya. Contoh : secantik-cantiknya, setinggi-tingginya, dan sebagainya.
3.
Kata keterangan ( adverbia )
kata keterangan oleh
tata bahasa tradisional ditempatkan sebagai satu jenis kata.kekurangan atau
kelemahan dari dasar-dasar yang digunakan untuk menentukan jenis kata. Kata
keterangan tidak lain adalah suatu kata atau kelompok kata yang menduduki suatu
fungsi tertentu, yaitu fungsi untuk menerangkan kata kerja, kata sifat, kata
keterangan yang masing-masingnya menduduki pula suatu jabatan atau fungsi dalam
kalimat.
Tata bahasa
tradisional, akan tampak bahwa dalam beberapa hal akan timbul kekacauan atau
kekaburan, sebab ada kata yang sudah kita golongkan sebagai kata keterangan nanti akan dimasukkan lagi dalam kata
depan, atau bagian dari kata keterangan itu sebenarnya adalah kata sifat dan
sebagainya.kata keterangan secara tradisonal dapat dibagi-bagi lagi atas
beberapa macam berdasarkan artinya atau lebih baik berdasarkan fungsinya dalam
kalimat.
1. Kata Keterangan Kualitatif
Adalah kata keterangan yang menerangkan atau menjelaskan suasana atau
situasi dari suatu perbuatan.
Biasanya kata keterangan ini dinyatakan dengan mempergunakan kata depan dengan + kata sifat.jadi sudah tampak di sini bahwa
kata keterangan itu bukan merupakan suatu jenis kata tetapi adalah suatu fungsi
atau jabatan dari suatu kata atau kelompok kata dalam sebuah kalimat.
Contoh: ia berjalan
perlahan-lahan
Ia menyanyi dengan
nyaring
2. Kata Keterangan Waktu
Adalah kata keterangan yang menunjukkan atau menjelaskan berlangsungnya
suatu peristiwa dalam suatu biadang waktu:sekarang,nanti,kemarin,kemudian,
sesudah itu, lusa, sebelum, minggu depan, bulan depan, dan lain-lain.
Kata-kata seperti :
Sudah, setelah, sekarang, nanti, kemarin, kemudian, minggu depan dan
lain-lain.
3. Kata Keterangan Tempat
Segala macam kata ini memberi penjelasan atas berlangsungnya suatu
peristiwa atau perbuatan dalam suatu ruang, seperti:di sini, di situ, di sana, ke mari,ke sana, di rumah,
di bandung, dari Jakarta dan sebagainya.
Dari contoh-contoh di atas yang secara konvensional dianggap kata
keterangan tempat, jelas tampak bahwa golongan kata ini pun bukan suatu jenis
kata, tetapi merupakan suatu kelompok kata yang menduduki suatu fungsi tertentu
dalam kalimat. Keterangan tempat yang
dimaksudkan dalam tata bahasa-tata bahasa lama terdiri dari dua bagian yaitu
kata depan (di, ke, dalam ) dan kata benda atau kata ganti petunjuk.
4. Kata Keterangan Kecaraan
Adalah kata-kata yang menjelaskan suatu peristiwa karena tanggapan si
pembicara atas berlangsungnya peristiwa tersebut. Dalam hal ini subjektivitas
lebih ditonjolkan. Keterangan ini menunjukkan sikap pembicara, bagaimana cara
ia melihat persoalan tersebut. Pertanyaan sikap pembicara atau tanggapan
pembicara atas berlangsungnya peristiwa tersebut dapat berupa:
a. Kepastian : memang, niscaya, pasti, sungguh, tentu, tidak, bukanya.
b. Pengakuan : ya, benar, betul, malahan,
sebenarnya.
c. Kesangsian : agaknya, barangkali, entah, mungkin, rasanya.
d. Keinginan : moga-moga, mudah-mudahan.
e. Ajakan : baik, mari, hendaknya, kiranya.
f. Larangan : jangan.
g. Keheranan : masakan, mustahil, mana
boleh.
5. Kata Keterangan Aspek
Keterangan aspek menjelaskan berlangsungnya suatu peristiwa secara
objektif, bahwa suatu peristiwa terjadi dengan sendirinya tanpa suatu pengaruh
atau pandangan dari pembicara. Keterangan aspek dapat dibagi-bagi lagi atas
bermacam-macam:
a.
Aspek inkoatif : menunjukan suatu peristiwa pada proses permulaan
berlangsungnya : saya pun berangkatlah.
b.
Aspaek duratif : adalah
keterangan aspek yang menunjukan bahwa suatu peristiwa tengah berlangsung:sedang,
sementara.
c.
Aspek perfektif : adalah
keterangan aspek yang menyatakan bahwa suatu peristiwa telah mencapai titik
penyelesaiannya: sudah, telah.
d.
Aspek momental : menyatakan suatu peristiwa terjadi pada suatu saat yang pendek.
e.
Aspek
repetitif : menyatakan bahwa suatu perbuatan terjadi
berulang-ulang.
f.
Aspek frekuentatif : menunjukan bahwa suatu
peristiwa sering terjadi.
g.
Aspek
habituatif : menyatakan bahwa perbuatan
itu terjadi karena suatu kebiasaan.
6. Kata Keterangan Derajat
Adalah keterangan yang menjelaskan derajat berlangsungnya suatu peristiwa
atau jumlah dan banyaknya suatu tindakan dikerjakan:amat hampir, kira-kira,
sedikit, cukup, hanya, satu kali, dua kali, dan seterusnya.
7. Kata Keterangan Alat
Adalah keterangan yang menjelaskan dengan alat manakah suatu prose situ
berlangsung. Keterangan semacam ini biasanya dinyatakan oleh kata dengan + kata benda.
Contoh : ia memukul anjing itu dengan tongkat.
Anak itu menjolok buah dengan galah, dan sebagainya.
8. Keterangan Kesertaan
Adalah keterangan yang menyatakan pengikut-sertaan seseorang dalan suatu
perbuataan atau tindakan:
Saya pergi ke pasar
bersama ibu.
9. Keterangan Syarat
Adalah keterangan yang menerangkan terjadinya suatu proses di bawah
syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhinya: jikalau, seandainya, jika, dan sebagainya.
10. Keterangan Perlawanan
Adalah keterangan yang membantah sesuatu peristiwa yang telah diperkatakan
terlebih dahulu. Keterangan ini biasanya didahului oleh kata-kata: meskipun, sungguhpun, biarpun, biar, meski, jika.
11. Keterangan Sebab
Adalah keterangan yang memberi keterangan mengapa sesuatu peristiwa telah
berlangsung. Kata-kata yang menunjukkan keterangan sebab adalah: sebab, karena, oleh karena, oleh sebab, oleh karena itu, oleh
karenanya, dan sebagainya.
12. Keterangan Akibat
Adalah keterangan yang menjelaskan akibat yang terjadi karena suatu
peristiwa atau perbuatan. Akibat adalah hasil dari suatu perbuatan yang tidak diharapkan atau yang tidak
dengan sengaja dicapai, tetapi terjadi dalam hubungan sebab-akibat. Keterangan ini biasanya didahului oleh
kata-kata : sehingga ,oeh karena itu, oleh
sebab itu, dan lain sebagainya.
13. Keterangan Tujuan
Adalah keterangan yang menerangkan hasil atau tujuan dari Sesuatu proses.
Tujuan itu pada hakekatnya adalah suatu akibat, tetapi akibat yang sengaja
dicapai atau memeng dikehendaki demikian. Kata-kata yang menyatakan keterangan
tujuan adalah: supaya, agar, agar supaya,
hendak, untuk, guna, buat
.
14. Keterangan Perbandingan
Adalah keterangan yang menjelaskan sesuatu perbuatan dengan mengadakan
perbandingan keadaan suatu proses denagn proses yang lain, suatu keadaan denagn
keadaan yang lain: kata-kata yang di pakai untuk menyatakan perbandingan itu
adalah: sebagai, seperti, seakan-akan,
laksana, umpama, bagaimana.
15. Keterangan Perwatasan
Adalah keterangan yang memberi penjelasan dalam hal-hal mana saja suatu
proses berlangsung, dan yang mana tidak: kecuali,
hanya.
4. kata ganti ( pronomina )
Kata ganti adalah kata yang dipergunakan untuk menggantikan benda atau sesuatu yang dibendakan. Kata ganti dibedakan menjadi :
a. Kata ganti orang
Ialah kata ganti yang digunakan untuk menggantikan nama orang atau nama benda-benda lain. Kata ganti orang dibagi lagi menjadi :
1) Kata ganti orang pertama tunggal, yaitu : aku, saya, hamba, dan sebagainya
2) Kata ganti orang pertama jamak, yaitu : kami, kita.
3) Kata ganti orang kedua tunggal, yaitu : kamu, dikau, kau, anda, dan sebagainya.
4) Kata ganti orang kedua jamak, yaitu : kalian
5) Kata ganti orang ketiga tunggal, yaitu : ia, dia, beliau
6) Kata ganti orang ketiga jamak, yaitu : mereka
b. Kata ganti kepunyaan ialah kata ganti yang digunakan untuk menyatakan kepemilikan. Contoh : Baju saya, sepatu kamu, sepedaku, mobilnya, dan sebagainya.
c. Kata ganti petunjuk ialah kata ganti yang digunakan untuk menunjuk suatu tempat atau benda. Contoh : ini, itu, sana, dan sebagainya.
d. Kata ganti penghubung ialah kata ganti yang dipakai untuk menghubungkan anak kalimat dengan induk kalimat.
Kata penghubung yang biasanya dipakai yaitu :
yang, tempat, waktu.
Contoh : Baju Rafi
yang berwarna merah itu mahal harganya.
Kantor Kabupaten tempat ayahku bekerja, dikunjungi oleh gubernur.
Tadi pagi, waktu ayah pergi tergesa-gesa, hujan lebat sekali.
Kantor Kabupaten tempat ayahku bekerja, dikunjungi oleh gubernur.
Tadi pagi, waktu ayah pergi tergesa-gesa, hujan lebat sekali.
e. Kata ganti tanya ialah kata ganti yang digunakan untuk menanyakan tentang benda, orang atau tentang suatu hal. Contoh : apa, mana, siapa.
f. Kata ganti tak tentu ialah kata ganti yang digunakan untuk menunjukkan atau menggantikan benda atau orang yang jumlahnya tak tentu. Contoh : masing-masing, seseorang, sesuatu, para, dan sebagainya.
5. Kata Bilangan (
numeralia )
Kata bilangan adalah kata yang menyatakan jumlah kumpulan dan urutan atau tingkatan suatu benda sesuatu yang dibendakan.
Kata bilangan dapat dibedakan menjadi beberapa
bagian, yaitu :
a. Kata bilangan utama ialah kata bilangan yang menyatakan satuan jumlah dalam angka. Contoh : satu, seratus, seribu, dan sebagainya.
b. Kata bilangan bertingkat ialah kata bilangan yang menunjukkan tingkatan atau susunan jumlah sesuatu. Contoh : kesatu, kedua, keseribu, dan sebagainya.
c. Kata bilangan tak tentu ialah kata bilangan yang menyatakan jumlah satuan sesuatu yang tak tentu. Contoh : beberapa, sebagian, segerombolan, dan sebagainya.
d. Kata bilangan bilangan ialah kata bilangan pelengkap yang menunjuk pada satuan objeknya, yaitu : sehelai, secarik, sekuntung, sebutir, seonggok, sebuah, sepiring, dan sebagainya.
Pemakaian Kata Bantu Bilangan
Dalam Bahasa Indonesia kata bantu bilangan ini mempunyai pasangan kata tersendiri yang tidak dapat ditukar dengan kata yang lain. Untuk lebih jelasnya, lihatlah daftar kata bantu bilangan berikut ini.
Kata Bantu bilangan
Pasangan kata
Sebatang pohon, kayu
Sebilah pisau, keris
Seberkas cahaya
Sebentuk cincin
Sebuah mangga, jeruk
Sebidang tanah
Sebongkah emas
a. Kata bilangan utama ialah kata bilangan yang menyatakan satuan jumlah dalam angka. Contoh : satu, seratus, seribu, dan sebagainya.
b. Kata bilangan bertingkat ialah kata bilangan yang menunjukkan tingkatan atau susunan jumlah sesuatu. Contoh : kesatu, kedua, keseribu, dan sebagainya.
c. Kata bilangan tak tentu ialah kata bilangan yang menyatakan jumlah satuan sesuatu yang tak tentu. Contoh : beberapa, sebagian, segerombolan, dan sebagainya.
d. Kata bilangan bilangan ialah kata bilangan pelengkap yang menunjuk pada satuan objeknya, yaitu : sehelai, secarik, sekuntung, sebutir, seonggok, sebuah, sepiring, dan sebagainya.
Pemakaian Kata Bantu Bilangan
Dalam Bahasa Indonesia kata bantu bilangan ini mempunyai pasangan kata tersendiri yang tidak dapat ditukar dengan kata yang lain. Untuk lebih jelasnya, lihatlah daftar kata bantu bilangan berikut ini.
Kata Bantu bilangan
Pasangan kata
Sebatang pohon, kayu
Sebilah pisau, keris
Seberkas cahaya
Sebentuk cincin
Sebuah mangga, jeruk
Sebidang tanah
Sebongkah emas
6.
Kata benda ( nomina )
Kata benda ialah
kata-kata yang menyatakan benda.
Kata benda dapat
dibedakan berdasarkan:
1) Bentuknya.
Menurut bentuknya, kata benda dapat dibedakan menjadi:
1) Bentuknya.
Menurut bentuknya, kata benda dapat dibedakan menjadi:
a) kata benda kata
asal, seperti: hati, orang, rakit;
b) kata benda kata
majernuk, seperti: burung kakak tua, Lautan Teduh;
c) kata benda kata
berulang, seperti: tengah-tengahnya, batang-batang; dan
d) kata benda kata bersambung, seperti:
keadaan, lautan, pikiran.
2) Keadaannya
Menurut kedaannya, kata benda ddapat dibedakan menjadi dua yaitu:
a) kata benda kongkrit
yaitu kata benda yang menyatakan bahwa benda-bendanya itu memang benar-benar
ada, seperti: orang, burung, buku pelajaran, dan yang menyatakan benda khayal,
seperti: hantu, pelesit, bidadari, dan
b) kata benda abstrak
yaitu kata yang menyatakan nama benda yang hanya dapat difahami oleh pikiran
akan peri adanya itu, seperti: ilham, angan-angan, perdamaian.
3) Artinya
Menurut artinya, kata benda dapat dibagi menjadi:
a) kata benda nama jenis, seperti: rumah,
daun, matahari;
b) nama diri, seperti: Leutan Teduh, Torstein;
c) kata benda nama zat, seperti: air, angin
dan
d) kata benda nama kumpulan, seperti: berkas,
rumpun, kelompok
7.
kata tugas
Kata Tugas
adalah kata atau gabungan kata yang tugasnya semata-mata memungkinkan kata lain
berperan dalam kalimat
Berdasarkan peranannya dapat dibagi menjadi lima
subkelompok:
(1)
preposisi (kata depan), (2)konjungsi (kata sambung),
(3) artikula (kata sandang),
(4) interjeksi (kata seru), dan (5) partikel penegas.
1.
Kata depan ( preposisi )
Kata depan adalah kata
yang menghubungkan dua kata atau dua
Kalimat.
Ditinjau dari
bentuknya, terdapat ada dua macam preposisi, yaitu (1) preposisi tunggal, dan
(2) preposisi majemuk.
a. Preposisi
Tunggal
Preposisi tunggal
adalah preposisi yang hanya terdiri satu kata.
Bentuk preposisi
tunggal tersebut dapat berupa ;
(a) kata dasar,
misalnya di, ke, dari, pada, dan
(b) kata berafiks,
seperti selama, mengenai, dan sepanjang.
1)
Preposisi yang Berupa Kata Dasar
Preposisi dalam
kelompok ini hanya terdiri atas satu morfem, contohnya akan, antara, bagi,buat,
dari, demi, dengan, di, hingga, ke, kecuali, lepas, lewat, oleh, pada, per,
peri,sampai, sejak/semenjak, seperti, serta, tanpa, tentang, untuk, di, dari,
dll.
Penulisan preposisi
ini ditulis terpisah, contoh; di dalam, ke tengah, dari Surabaya.
Perkecualian untuk hal
ini adalah :
- kepada
-keluar (sebagai lawan
kata "masuk", untuk lawan kata "ke
dalam", penulisan harus dipisah,
"ke luar")
-kemari
-daripada
2) Preposisi yang Berupa
Kata Berafiks
Preposisi ini dibentuk
dengan menambahkan afiks pada bentuk dasar yang termasuk kelas kata veba,
adjektiva, atau nomina. Afiksasi dalam pembentukan itu dapat berbentuk
penambahan prefiks, sufiks, atau gabungan kedua-duanya. Adapun contohnya ;
bersama, beserta, menjelang, menuju, menurut, seantero,sekeliling, sekitarsisi ini dibentuk
dengan menambahkan afiks pada bentuk dasar yang termasuk kelas kata veba,
adjektiva, atau nomina. Afiksasi dalam pembentukan itu dapat berbentuk
penambahan prefiks, sufiks, atau gabungan kedua-duanya. Adapun contohnya ;
bersama, beserta, menjelang, menuju, menurut, seantero,sekeliling, sekitar,
selama, sepanjang, seputar, seluruh, terhadap, bagaikan, melalui,dan mengenai.
b.
Preposisi Majemuk
Preposisi majemuk
terdiri atas
(a) preposisi yang
berdampingan dan
(b) preposisi yang
berkolerasi.
1)
Preposisi yang Berdampingan
Preposisi ini terdiri
atas dua preposisi yang letaknya berurutan. Berikut adalah contoh preposisi
yang berdampingan yaitu ; daripada, kepada, oleh karena, oleh sebab, sampai ke,
sampai dengan, selain dari, dll.
2)
Preposisi yang Berkolerasi
Preposisi jenis kedua
ini terdiri atas dua unsur yang dipakai berpasangan tetapi terpisah oleh kata
atau frasa lain, contohnya :
antara....dengan....
antara.....dan.....
dari.....sampai
dengan....
dari.....sampai
ke.....
dari.....ke....
dari....sampai.....
sejak...hingga....
sejak.....sampai....
3)
Preposisi dan Nomina Lokatif
Suatu preposisi yang bergabung dengan dua nomina
asalkan nomina yang pertama mempunyai ciri lokatif. Dengan demikian, kita temukan
frasa preposisional, seperti di atas meja, ke dalam rumah, dan dari sekitar
kampus.
2.
Kata Sambung ( konjungsi )
Kata sambung adalah kata yang berfungsi untuk menyambungkan bagian-bagian dalam kalimat atau menggabungkan antara satu kalimat dengan kalimat yang lain bahkan satu paragraf dengan paragraf yang lain.
Berdasarkan jenisnya,kata sambung dapat dibedakan menjadi beberapa bagian, yaitu :
a. Kata sambung menyatakan gabungan, contoh : dan, lagi, serta
b. Kata sambung menyatakan pertentangan, contoh : tetapi, akan tetapi, melainkan, tidak hanya, dan sebagainya.
c. Kata sambung menyatakan waktu, contoh : bila, selama, sesudah, sehabis, dan sebagainya.
d. Kata sambung menyatakan tujuan, contoh : agar, supaya, biar, dan sebagainya
e. Kata sambung menyatakan sebab, contoh : sebab, karena, sebab itu, dan sebagainya
f. Kata sambung menyatakan akibat, contoh : hingga, sampai, dan sebagainya.
g. Kata sambung menyatakan syarat, contoh : jika, apabila, andaikata, dan sebagainya
h. Kata sambung menyatakan pilihan, contoh : atau, maupuni. Kata sambung menyatakan perbandingan, contoh : ibarat, seperti, bak, dan sebagainya
j. Kata sambung menyatakan tingkat, contoh : semakin, kian, dan sebagainya
k. Kata sambung menyatakan penjelas, contoh : bahwa
l. Kata sambung menyatakan cara, contoh : sambil, sembari dan sebagainya
m. Kata sambung menyatakan pengantar kalimat, contoh : alkisah, konon, dan sebagainya
3.
Kata sandang ( artikula )
Kata sandang ialah
kata yang gunanya untuk menegaskan kata yang berikutnya yang disandanginya,
hingga kata-kata itu mempunyai arti yang tentu, tersekat dari nada yang
lain-lain.
Menurut fungsinya, kata sandang dapat
dibedakan menjadi:
1) kata sandang
pembentuk kata benda, Yang kurap, si Cebol, Merah putih;
2) untuk mengeraskan
arti, menyekat, atau menceraikan kata benda daripada yang lain-lain, seperti:
kembalikan saja kepada si pengirim, saya sendiri menjemputmu kemarin;
3) untuk menghormat, seperti.: sang Bangsawan,
sang Ibu; dan
4) untuk menyekat atau menceraikan sesuatu dan
kelornpok atau “dunianya’, seperti: sebuah kursi, seekor kambing.
4.
Kata seru ( interjeksi )
Kata seru ialah kata-kata yang gunanya hanya untuk “melepaskan” perasaan, keluarnya pun biasanya tiada dengan sengaja, seolah-olah terlompat begitu saja dari mulut. Menurut sifatnya, kata seru dapat dibedakan menjadi:
1) kata seru sejati, aduh, amboi, wahai;
2) kata seru tiruan bunyi, seperti: ciap, meong, das
3) kata seru yang terjadi dan kata-kata biasa, seperti:kasihan, inalillahi, saying.
Selain itu, kata seru pun dapat dibedakan menurut maksudnya yaitu:
1) penyeru biasa, seperti: hai nenekku;
2) kata seru yang menyataka kata heran, seerti: wah;
3) kata seru yang menyataken rase sakit atau terancam behaya, seperti: aduh
4) kata seru yang menyatakan rasa iba atau sedih, seperti: kasihan, amboi
5) kata seru yang menyatakan kecewa, seperti: saying, celaka;
6) kata seru yang menyatakar kaget bercampur sedih, seperti: masyaallah;
7) kata seru menyetakan rasa lega, sererti: alhamdulillah;
8) kata seru yang menyatakan jijik, seperti: cih, cis.
5.
Partikel
Partikel adalah
kategori atau unsur yang bertugas memulai,
mempertahankan, atau
mengukuhkan sebuah kalimat dalam komunikasi.
Terdapat empat macam
partikel penegas: -kah, -lah, -tah, pun, dan per.
a.
Partikel –kah
Partikel –kah yang
berbentuk klitika dan bersifat manasuka dapat menegaskan kalimat interogatif.
Berikut adalah kaidah pemakaiannya :
Jika dipakai dalam
kalimat deklaratif, -kah mengubah kalimat tersebut menjadi kalimat interogatif.
Contoh ;
a) Ibukah yang akan berangkat?
b) Hari inikah janjinya?
c) Apakah temanmu sudah menikah?
Jika dalam kalimat
interogatif sudah ada kata tanya seperti apa, dimana, dan bagaimana, maka –kahbersifat
manasuka. Pemakaian –kah menjadikan kalimatnya lebih formal dan sedikit lebih
luas. Contoh ;
a) apakah ayahmu sudah datang ?
b) bagaimanakah penyelesaian soal ini jadinya ?
c) kemanakah anak-anak pergi ?
Jika dalam kalimat
tidak ada kata tanya tetapi intonasinya adalah intonasi interogatif, maka –kah akan
memperjelas kalimat itu sebagai kalimat interogatif. Kadang-kadang urutan
katanya dibalik. Contoh ;
a) akan datangkah dia
nanti malam ?
b) haruskah aku
yang mulai dulu ?
c) tidak dapatkah dia
mengurus soal sekecil itu ?
b.
Partikel –lah
Partikel –lah yangjuga
berbentuk klitika, dipakai dalam kalimat imperatif atau deklaratif. Berikut
adalah kaidah pemakaiannya :
Dalam kalimat
imperatif, -lah dipakai untuk sedikit menghaluskan nada
perintahnya. Contoh ;
a) Berangkatlah sekarang
sebelum hujan turun!
b) Bawalah persediaan
yang cukup!
c) Ambilah barang
itu di toko!
Dalam kalimat
deklaratif, -lah dipakai untuk memberikan ketegasan yang
sedikit keras. Contoh ;
a) dari
ceritamu, jelaslah kamu yang salah.
b) ambil
berapa sajalah yang kamu perlukan.
c) dialah yang
menggugat soal itu.
Dari pemakaian
partikel –lah pada contoh diatas tmpak bahwa partikel itu
cenderung diletakkan pada predikat kalimat.
c. Partikel –tah
Partikel –tah yang
juga berbentuk klitika, dipakai dalam kalimat interogatif, tetapi sipenanya
sebenarnya tidak mengharapkan jawaban. Ia seolah-olah hanya bertanya pada diri
sendiri karena keheranan atau kesangsiannya. Partikel ini banyak dipakai dalam
sastra lama, tetapi tidak banyak dipakai lagi sekarang. Contoh ;
a) Apatah artinya
hidup ini tampa dirimu?
b) Siapatah gerangna
orangnya yang mau melamarku?
d. Partikel pun
Partikel pun hanya
dipakai dalam kalimat deklaratif dan dalam bentuk tulisan dipisahkan dari kata
mukanya. Kaidah pemakainnya adalah sebagai berikut :
Partikel pun dipakai
untuk mengeraskan arti kata yang diiringinya. Contoh ;
a) Akhirnya,
mereka pun setuju dengan usul kami.
b) Yang tidak
perlu pun dibelinya.
c) Siapa pun yang
tidak setuju pasti akan diawasi.
Dari pemakaian
partikel pun pada contoh di atas tmpak bahwa partikel itu
cenderung dilekatkan pada subjek kalimat.
Partikel pun sering pula dipakai bersama partikel –lah untuk
menandakan perbuatan atau proses mulai berlaku atau terjadi. Contoh ;
a) tidak lama kemudian hujan pun turunlah dengan
derasnya
b) para demonstran itu pun berbarislah dengan
teratur
c) para anggota yang menolak pun mulailah berpikir-pikir
lagi.
e. Partikel per
Partikel per bukan
partikel penegas, melainkan untuk menyatakan makna “setiap” atau “mulai”.
Aturannya sebagai berikut :
1) untuk menyatakan
makna ‘setiap’ partikel per digunakan di muka kata benda padaumumnya.
Contoh :
- Harganya Rp
1000,00 per lembar.
- Per bus memuat 40 orang
penumpang.
- Gajinya
hanya Rp 60.000,00 per minggu.
2) untuk menyatakan
makna ‘mulai’ partikel per digunakan awal kata bilangan
penanggalan. Contoh :
- gaji pegawai negeri
naik per 1 April
- diangkat menjadi pegawai tetap per 1
Januari 1992
- per 15 Juni 1994 saya tidak
bekerja lagi di sana.
2)
pada frase satu per satu, per menyatakan
makna ‘demi’ atau makna yang satu sesudah yang lain.
2. Klasifikasi Kata Berdasarkan Bentuk Kata
1. Kata Dasar
Kata dasar adalah kata asli yang
belum diberi imbuhan atau yang belum diberikan awalan, akhiran, sisipan dan
penggabungan awalan dan akhiran.
Umumnya kata dasar
dalam bahasa Indonesia, dan juga semua bahasa yang serumpun dengan bahasa
Indonesia, terjadi dari dua suku kata; misalnya: rumah, lari, nasi, padi,
pikul, jalan, tidur dan sebagainya. Seorang ahli bahasa Jerman, Otto von
Dempwolff, dalam penelitiannya tentang bahasa Indonesia telah menetapkan dua
macam pola susunan kata dasar dalam bahasa Indonesia.
a)
Pola itu disebutnya Pola Kanonik
atau Pola Wajib , yaitu:
Pola Kanonik I: K-V-K-V, maksudnya tata susun bunyi yang membentuk suatu kata dasar terdiri dari: Konsonan-Vokal-Konsonan-Vokal, misalnya: padi, lari, paku, tiga, dada, dan sebagainya.
Pola Kanonik I: K-V-K-V, maksudnya tata susun bunyi yang membentuk suatu kata dasar terdiri dari: Konsonan-Vokal-Konsonan-Vokal, misalnya: padi, lari, paku, tiga, dada, dan sebagainya.
b)
Pola Kanonik II: K-V-K-V-K,
maksudnya di samping Pola Kanonik I kata-kata dasar Indonesia dapat juga
tersusun dari Konsonan-Vokal-Konsonan-Vokal-Konsonan, misalnya: rumah, tanah,
batang, sayap, larang, dan lain-lain.
Dengan demikian kata-kata dasar dalam bahasa Indonesia dibentuk dari kemungkinan-kemungkinan gabungan dari ketiga jenis silaba itu, misalnya:
ru - mah (K-V + K-V-K)
ka - ta (K-V + K-V)
a - pa (V + K-V)
lem - but (K-V-K + K-V-K)
na - ik (K-V + V-K)
a - ir (V + V-K) dan lain-lain.
Dengan demikian kata-kata dasar dalam bahasa Indonesia dibentuk dari kemungkinan-kemungkinan gabungan dari ketiga jenis silaba itu, misalnya:
ru - mah (K-V + K-V-K)
ka - ta (K-V + K-V)
a - pa (V + K-V)
lem - but (K-V-K + K-V-K)
na - ik (K-V + V-K)
a - ir (V + V-K) dan lain-lain.
2. Kata Turunan
Kata turunan adalah kata yang
telah mengalami penambahan atau pengimbuhan.
Perubahan pada kata
turunan disebabkan karena adanya afiks atau imbuhan baik di awal (prefiks atau
awalan), tengah (infiks atau sisipan), maupun akhir (atau akhiran).
3. Kata Ulang
Kata ulang adalah kata
dasar atau bentuk dasar yang mengalami perulangan baik seluruh maupun sebagian. Dalam hal ini yang diulang bukan morfem melainkan kata.kita bisa
melihat contoh berikut : sepeda-sepeda , berasal dari satu kata sepeda. Sebaliknya, kata kupu-kupu
bukanlah kata ulang karena dalam bahasa Indonesia tiak dikenal kupu. Oleh
karena itu, bentuk tersebut bukan merupakan kata ulang.
a. Bentuk Kata Ulang
1)
Menurut bentuknya, kata ulang
dapat dibagi sebagai berikut.
Kata ulang penuh atau kata ulang murni, yaitu semua kata ulang yang dihasilkan oleh perulangan unsur-unsurnya secara penuh.
Misalnya: rumah-rumah, sakit-sakit.
Kata ulang penuh atau kata ulang murni, yaitu semua kata ulang yang dihasilkan oleh perulangan unsur-unsurnya secara penuh.
Misalnya: rumah-rumah, sakit-sakit.
2)
Kata ulang berimbuhan atau kata
ulang bersambungan, yaitu semua kata ulang yang salah satu unsurnya berimbuan:
awalan, sisipan, atau akhiran. Misalnya: berjalan-jalan, turun-temurun,
tanam-tanaman.
3)
Kata ulang berubah bunyi, yaitu
kata ulang yang mengalami perubahan bunyi pada unsur pertama atau unsur kedua
kata ulang.
Misalnya: bolak-balik, serba-serbi.
Misalnya: bolak-balik, serba-serbi.
4)
Kata ulang semu, yaitu kata yang
hanya dijumpai dalam bentuk ulang itu. Jika tidak diulang, komponennya tidak
memunyai makna atau bisa juga memunyai makna lain yang tidak ada hubungannya
dengan kata ulang tersebut.
Misalnya: hati-hati, tiba-tiba, kunang-kunang.
Misalnya: hati-hati, tiba-tiba, kunang-kunang.
5)
Kata ulang dwipurwa, yang berarti
"dahulu dua" atau kata ulang yang berasal dari komponen yang semula
diulang kemudian berubah menjadi sepatah kata dengan bentuk seperti itu. Kata
ulang ini disebut juga reduplikasi, yang berasal dari bahasa Inggris "reduplication"
yang berarti perulangan. Sebenarnya semua kata ulang juga dapat disebut
reduplikasi.
Misalnya: lelaki, tetua.
Misalnya: lelaki, tetua.
b. Makna dan Fungsi
Kata Ulang
1) Perulangan kata benda
Makna yang terkandung
dalam perulangan dengan bentuk dasar kata benda.
a) Menyatakan benda itu
bermacam-macam. Misalnya: buah-buahan, sayur-sayuran.
b) Menyatakan benda yang
menyerupai bentuk dasar itu. Misalnya: anak-anakan, orang-orangan.
2)
Perulangan kata kerja
Makna yang terkandung
dalam perulangan dengan bentuk dasar kata kerja.
a) Menyatakan bahwa
pekerjaan itu dilakukan berulang-ulang atau beberapa kali. Misalnya:
meloncat-loncat, menyebut-nyebut.
b) Menyatakan aspek
duratif, yaitu proses pekerjaan, pembuatan, atau keadaan yang berlangsung lama.
Misalnya: berenang-renang, duduk-duduk.
Misalnya: berenang-renang, duduk-duduk.
c) Menyatakan
bermacam-macam pekerjaan.Misalnya: cetak-mencetak, karang-mengarang.
d) Menyatakan pekerjaan
yang dilakukan oleh dua belah pikak atau berbalasan. Misalnya: tembak-menembak,
tuduh-menuduh.
3) Perulangan kata
sifat
Makna yang terkandung dalam perulangan dengan bentuk dasar kata sifat.
a) Menyatakan makna lebih
(intensitas). Misalnya: Berjalan cepat-cepat! Kerjakan baik-baik!
b) Menyatakan makna
sampai atau pernah. Misalnya: Tak sembuh-sembuh sakitnya walaupun ia sudah
berobat ke luar negeri (tak pernah sembuh). Habis-habisan ia berbelanja (sampai
habis). Digabungkan dengan awalan se- dan akhiran -nya mengandung makna
superlatif (paling).
Misalnya: Kerjakan sebaik-baiknya agar hasilnya memuaskan. Terbangkan layang-layangmu setinggi-tingginya.
Misalnya: Kerjakan sebaik-baiknya agar hasilnya memuaskan. Terbangkan layang-layangmu setinggi-tingginya.
c) Berlawanan dengan
makna nomor satu atau melemahkan arti kata sifat itu. Misalnya: Badanku
sakit-sakit saja rasanya. (sakit di sana-sini, tapi tidak terlalu sakit) Kalau
kepalamu pening-pening, bawalah tidur. (agak pening; pening sedikit)
d) Bentuk yang
seolah-olah sudah mejadi ungkapan dalam bahasa Indonesia, makna perulangannya
kurang jelas.
Misalnya: Jangan menakut-nakuti anak-anak karena akan memengaruhi jiwanya kelak.
Misalnya: Jangan menakut-nakuti anak-anak karena akan memengaruhi jiwanya kelak.
4) Perulangan kata bilangan
a) Perulangan kata satu
menjadi satu-satu memberi makna "satu demi satu". Misalnya: Peserta
ujian masuk ruangan itu satu-satu.
b)
Perulangan kata satu dengan
tambahan akhiran -nya memberi makna "hanya satu itu". Misalnya: Ini
anak saya satu-satunya.
c)
Perulangan kata dua-dua,
tiga-tiga, dst. memberi pengertian "sekaligus dua, tiga, dst.".
Misalnya: Jangan masuk dua-dua karena pintu itu tidak lebar.
d)
Bentuk perulangan berpuluh-puluh,
beratus-ratus, beribu-ribu, dst. menyatakan makna "kelipatan sepuluh,
seratus, seribu, dst.. Misalnya: Beribu-ribu orang yang mati dalam peperangan
itu.Bentuk perulangan kata bilangan dengan awalan ber-, saat ini sering diganti
dengan bentukan dengan akhiran -an. Misalnya: berpuluh-puluh menjadi
puluhan.
c. Prinsip pengulangan
a)
Selalu mempunyai dasar yang
diulang
b) Proses pengulangan
tidak mengubah jenis(kelas) kata
c) Bentuk dasarnya
adalah kata yang lazim (umum) dipakai dalam tindak berbahasa
d. Arti kata ulang
Arti kata ulang, antara lain sebagai berikut :
a) Menyatakan banyak.
Contoh : Jalan – jalan di
kampungku mulai rusak.
b) Menyatakan tiruan atau menyerupai.
Contoh : Adik bermain mobil – mobilan di halaman rumah.
c) Menyatakan bermacam – macam.
Contoh : Ibu membeli buah – buahan di pasar.
d) Menyatakan perbuatan atau tindakan berulang –
ulang.
Contoh : Anita berteriak – teriak minta tolong.
e) Menyatakan agak.
Contoh : Pipinya menjadi kemerah – merahan.
f) Melemahkan.
Contoh : kekanak-kanakan. Walau sudah 20 tahun sifatny masih
kekanak-kanakan
g) Menyatakan intensitas.
Ada tiga bagian yaitu:
1) Kualitatif : kuat-kuat,
2) Kuantitatif : rumah-rumah,
3) Frekuentatif : menggeleng-gelengkan
h) Menyatakan saling (resiprokal).
Contoh : salam-salaman. Mereka salam-salaman saat lebaran
i)
Menyatakan arti seperti pada bentuk dasarnya.
Contoh : masak-masakan. Ibu membuka
kursus masak-masakan
j)
Menyatakan perbuatan yang seenaknya.
Contoh : duduk-duduk. Kami duduk-duduk di serambi depan
k) Menyatakan arti paling (superlative).
Contoh : sebesar-besarnya. Buatlah
roti bolu sebesar-besarnya agar bias dicatat alam buku MURI.
l)
Menyatakan kumpulan.
Contoh : dua-dua. Sikakan anda membungkus roti itu dua-dua
m) Menyatakan walaupun.
Contoh : hujan-hujan.
Hujan-hujan, ia tetap dating.
n) Menyatakan selalu.
Contoh : mereka-mereka.
Mereka-mereka yang datang terlambat
4. Kata Majemuk
Kata majemuk adalah gabungan
beberapa kata dasar yang berbeda membentuk suatu arti baru. Kata majemuk adalah
gabungan 2 kata atau lebih yang memiliki struktur tetap, tidak dapat di sisipi
kata lain. Contohnya Meja makan. Gabungan kata di atas termasuk contoh kata
majemuk karena strukturnya tetap, tidak dapat diubah-ubah
letaknya. Contohnya : makan meja (tidak logis). Kemudian, gabungan kata
tersebut tidak dapat disisipi oleh kata lain, misal ontohnya Meja (yang) makan
(tidak logis). Meja (sedang) makan (tidak logis). Selain itu, ciri lain dari
kata majemuk adalah gabungan kata tersebut membentuk makna baru. Namun, makna
baru tersebut masih dapat dirunut atau ditelusuri dari makna kata pembentuknya.
Contohnya :
- Rumah baru (a)
- Tono sakit (b)
- Rumah sakit (c)
Secara gramatika (tata bahasa) makna yang terbentuk pada contoh (a) dan (b)
sama dengan makna leksikal unsur pembentuknya. Gabungan kata di atas mempunyai
makna “rumah (yang) baru” (a) dan “Tono (sedang) sakit.”
Berbeda halnya dengan gabungan kata pada contoh pertama (a) dan kedua (b), gabungan kata pada contoh kedua (c) secara gramatika makna yang terbentuk berbeda dari makna leksikal unsur pembentuknya. Makna kata secara leksikal pada contoh kedua (c) adalah “rumah (yang/sedang) sakit.” Makna ini tidak logis, yaitu benda mati dapat merasakan sakit seperti halnya makhluk hidup (manusia). Namun, makna yang terbentuk dalam contoh (c) adalah “rumah tempat merawat orang sakit.” Inilah yang disebut dengan membentuk makna baru tetapi makna baru tersebut masih dapat ditelusuri dari makna kata pembentuknya.
Berbeda halnya dengan gabungan kata pada contoh pertama (a) dan kedua (b), gabungan kata pada contoh kedua (c) secara gramatika makna yang terbentuk berbeda dari makna leksikal unsur pembentuknya. Makna kata secara leksikal pada contoh kedua (c) adalah “rumah (yang/sedang) sakit.” Makna ini tidak logis, yaitu benda mati dapat merasakan sakit seperti halnya makhluk hidup (manusia). Namun, makna yang terbentuk dalam contoh (c) adalah “rumah tempat merawat orang sakit.” Inilah yang disebut dengan membentuk makna baru tetapi makna baru tersebut masih dapat ditelusuri dari makna kata pembentuknya.
1. Ciri-ciri
Kata majemuk memiliki
ciri-ciri sebagai berikut :
a.
Gabungan kata itu menimbulkn makna baru
b.
Gabungan kata itu tidk dapat dipisahkan
c.
Gabungan kata itu tidak dapat
disisipi unsur lain
d.
Tidak dapat diganti salah satu
unsurnya
e.
Tidak dapat dipertukarkan etak
unsur-unsurnya
2. Sifat
a.
Kata majemuk eksosentris Yaitu
kata majemuk yang antar unsurnya tidak saling menerangkan. Contoh : laki bini,
tua muda, tikar bantal, dan sebagainya
b.
Kata majemuk endosentris Yaitu
kata majemuk yang salah satu unsunya menjadi inti sedang unsur lain menerangkannya. Contoh : rumah sakit, panjang tangan, dan sebagainya
3.
Klasifikasi
Kata Berdasarkan Makna Kata
1. Makna Kata Berdasarkan
Hubungan Referensial
Makna kata ini dibedakan menjadi:
Makna kata ini dibedakan menjadi:
a.
Makna denotatif
Makna denotatif ialah makna yang paling dekat dengan bendanya
(makna konseptual), atau kata yang mengandung arti sebenarnya.
Makna denotatif ialah makna yang paling dekat dengan bendanya
(makna konseptual), atau kata yang mengandung arti sebenarnya.
Contoh:
1. Bunga mawar itu dipetik Sita dan disuntingkan di rambutnya.
2. Untuk menafkahi kedua anaknya, ia menjual sayuran di pasar.
3. Penjual menawarkan barang kepada pembeli.
4. Bajunya basah kuyup terkena keringat.
b.
Makna konotatif
Makna konotatif ialah makna kiasan atau diartikan makna yang
cenderung lain dengan benda nyata (makna kontekstual) disebut juga
makna tambahan.
Contoh :
1. Ayahnya mendapat kursi sebagai anggota dewan.
kursi artinya jabatan/kekuasaan
2. Hatiku berbunga-bunga setelah anakku mendapat juara pertama.
berbunga-bunga artinya gembira
3. Sekarang ia bekerja di tempat yang basah.
basah artinya selalu menghasilkan uang.
Makna konotatif ialah makna kiasan atau diartikan makna yang
cenderung lain dengan benda nyata (makna kontekstual) disebut juga
makna tambahan.
Contoh :
1. Ayahnya mendapat kursi sebagai anggota dewan.
kursi artinya jabatan/kekuasaan
2. Hatiku berbunga-bunga setelah anakku mendapat juara pertama.
berbunga-bunga artinya gembira
3. Sekarang ia bekerja di tempat yang basah.
basah artinya selalu menghasilkan uang.
c.
Makna idiomatik (ungkapan)
Secara umum ungkapan berarti gabungan kata yang memberi arti
khusus atau kata-kata yang dipakai dengan arti lain dari arti yang
sebenarnya.
Ungkapan dapat juga diartikan makna leksikal yang dibangun dari
beberapa kata, yang tidak dapat dijelaskan lagi lewat makna kata-kata
pembentuknya.
Secara umum ungkapan berarti gabungan kata yang memberi arti
khusus atau kata-kata yang dipakai dengan arti lain dari arti yang
sebenarnya.
Ungkapan dapat juga diartikan makna leksikal yang dibangun dari
beberapa kata, yang tidak dapat dijelaskan lagi lewat makna kata-kata
pembentuknya.
Contoh:
− ringan tangan = rajin bekerja, suka memukul
− gerak langkah = perbuatan
− dipeti-eskan = dibekukan atau tidak digunakan
− tertangkap basah = terlihat saat melakukan
− gali lubang tutup lubang = pinjam sini, pinjam sana
− banting stir = mengubah haluan
Ungkapan berfungsi menghidupkan, melancarkan serta mendorong perkembangan bahasa Indonesia supaya dapat mengimbangi perkembangan kebutuhan bahasa terhadap ilmu pengetahuan dan keindahan sehingga tidak membosankan. Tata bahasa ibarat kebun, ungkapan ibarat kembang-kembangnya.
Dilihat dari bentuk dan prosesnya, ungkapan dapat diperinci ke dalam
beberapa jenis berikut:
1. Menurut jumlah kata
a. Dua kata
− mencari ilham : berusaha mencari ide baru
− bercermin bangkai : menanggung malu
b. Tiga kata atau lebih
− diam seribu bahasa : membisu
− hutangnya setiap helai bulu : tak terhitung banyaknya
2. Menurut zaman
a. Ungkapan lama
− matanya bagai bintang timur : bersinar, tajam
− rambutnya bagai mayang mengurai : ikal, keriting
− berminyak air : berpura-pura
b. Ungkapan baru
− ranjau pers : undang-undang pers
− berebut senja : siang berganti malam
− ranum dunia : penyebab kesulitan
3. Menurut asalnya
a. Ungkapan berasal dari bahasa asing
− black sheep : kambing hitam
− over nemen : mengambil oper
− side effect : akibat samping
b. Ungkapan berasal dari bahasa daerah
− soko guru : suri tauladan
− anak bawang : yang tidak diutamakan
1. Menurut jumlah kata
a. Dua kata
− mencari ilham : berusaha mencari ide baru
− bercermin bangkai : menanggung malu
b. Tiga kata atau lebih
− diam seribu bahasa : membisu
− hutangnya setiap helai bulu : tak terhitung banyaknya
2. Menurut zaman
a. Ungkapan lama
− matanya bagai bintang timur : bersinar, tajam
− rambutnya bagai mayang mengurai : ikal, keriting
− berminyak air : berpura-pura
b. Ungkapan baru
− ranjau pers : undang-undang pers
− berebut senja : siang berganti malam
− ranum dunia : penyebab kesulitan
3. Menurut asalnya
a. Ungkapan berasal dari bahasa asing
− black sheep : kambing hitam
− over nemen : mengambil oper
− side effect : akibat samping
b. Ungkapan berasal dari bahasa daerah
− soko guru : suri tauladan
− anak bawang : yang tidak diutamakan
2. Makna Kata Berdasarkan
Hubungan Antarmakna
Makna kata berdasarkan hubungan antarmakna terdiri atas sinonim,
antonim, dan hiponim.
Makna kata berdasarkan hubungan antarmakna terdiri atas sinonim,
antonim, dan hiponim.
a.
Sinonim
Sinonim ialah pasangan kata atau kelompok kata yang mempunyai arti
mirip atau hampir sama. Walaupun sinonim menunjukkan kesamaan arti
kata, sesungguhnya arti kata-kata itu tidaklah sama betul. Dalam kalimat
tertentu, suatu kata mungkin dapat digunakan tetapi dalam kalimat lain
tidak dapat digunakan atau penggunaannya selalu dipertimbangkan oleh
unsur nilai rasa atau lingkungan penuturnya (kontekstual).
Contoh sinonim dengan kata yang sama maknanya :
− Bung Hatta telah wafat. (telah = sudah)
− Kita merdeka karena jasa Bung Hatta. (karena = sebab)
− Bung Hatta sangat berjasa. (sangat = amat)
Contoh beberapa kata yang memiliki kemiripan makna :
− Tepat di muka gedung kantor pos Jakarta berdirilah sebuah
kompleks bangunan kuno yang kukuh.
− Persis di bangunan kantor pos Jakarta kota tertancaplah
sebuah kawasan bangunan kolot yang kuat.
Makna kalimat 1 dan 2 sama. Namun kalimat 1 lebih jelas isinya, kalimat
2 pilihan katanya kurang tepat sehingga pembaca / pendengar menjadi ragu
menafsirkan maknanya.
Sinonim ialah pasangan kata atau kelompok kata yang mempunyai arti
mirip atau hampir sama. Walaupun sinonim menunjukkan kesamaan arti
kata, sesungguhnya arti kata-kata itu tidaklah sama betul. Dalam kalimat
tertentu, suatu kata mungkin dapat digunakan tetapi dalam kalimat lain
tidak dapat digunakan atau penggunaannya selalu dipertimbangkan oleh
unsur nilai rasa atau lingkungan penuturnya (kontekstual).
Contoh sinonim dengan kata yang sama maknanya :
− Bung Hatta telah wafat. (telah = sudah)
− Kita merdeka karena jasa Bung Hatta. (karena = sebab)
− Bung Hatta sangat berjasa. (sangat = amat)
Contoh beberapa kata yang memiliki kemiripan makna :
− Tepat di muka gedung kantor pos Jakarta berdirilah sebuah
kompleks bangunan kuno yang kukuh.
− Persis di bangunan kantor pos Jakarta kota tertancaplah
sebuah kawasan bangunan kolot yang kuat.
Makna kalimat 1 dan 2 sama. Namun kalimat 1 lebih jelas isinya, kalimat
2 pilihan katanya kurang tepat sehingga pembaca / pendengar menjadi ragu
menafsirkan maknanya.
b.
Antonim
Antonim adalah kata-kata yang berlawanan maknanya/berlawanan
artinya.
Contoh:
a) Sejak sakit batuk, ia pantang minum es.
Ia harus meminum obat itu sesuai yang dianjurkan oleh dokter.
b) Aksi penebangan pohon merupakan perusakan hutan.
Pemerintah menghimbau agar warga melestarikan hutan.
c) Kadang-kadang ia berlatih seminggu sekali.
Nasihat orang tuanya seringkali tidak didengarnya.
d) Perkembangan anak itu sangat lambat.
Dengan tangkasnya, ia menendang bola ke mulut gawang.
Antonim adalah kata-kata yang berlawanan maknanya/berlawanan
artinya.
Contoh:
a) Sejak sakit batuk, ia pantang minum es.
Ia harus meminum obat itu sesuai yang dianjurkan oleh dokter.
b) Aksi penebangan pohon merupakan perusakan hutan.
Pemerintah menghimbau agar warga melestarikan hutan.
c) Kadang-kadang ia berlatih seminggu sekali.
Nasihat orang tuanya seringkali tidak didengarnya.
d) Perkembangan anak itu sangat lambat.
Dengan tangkasnya, ia menendang bola ke mulut gawang.
Terdapat beberapa perbedaan antara kata-kata yang berantonim.
Oposisi antarkata dapat berbentuk seperti berikut.
a. Oposisi kembar
Contoh:
− laki-laki-perempuan
− jantan–betina
− hidup-mati
b. Oposisi majemuk
Contoh:
− baju-merah
− sapu- tangan
− rumah-makan
c. Oposisi gradual
Contoh:
− kaya- miskin
− panjang- pendek
d. Oposisi relasional (kebalikan)
Contoh:
− orangtua-anak
− guru-murid
− memberi-menerima
e. Oposisi inversi
Contoh:
− Jual-beli
− Pulang-pergi
f. Oposisi komplementer
Contoh:
− mur-baut
− kompor-minyak
g. Oposisi inkompabilitas
Contoh:
− merah-hijau
h. Oposisi hierarki
Contoh:
- camat lurah.
Oposisi antarkata dapat berbentuk seperti berikut.
a. Oposisi kembar
Contoh:
− laki-laki-perempuan
− jantan–betina
− hidup-mati
b. Oposisi majemuk
Contoh:
− baju-merah
− sapu- tangan
− rumah-makan
c. Oposisi gradual
Contoh:
− kaya- miskin
− panjang- pendek
d. Oposisi relasional (kebalikan)
Contoh:
− orangtua-anak
− guru-murid
− memberi-menerima
e. Oposisi inversi
Contoh:
− Jual-beli
− Pulang-pergi
f. Oposisi komplementer
Contoh:
− mur-baut
− kompor-minyak
g. Oposisi inkompabilitas
Contoh:
− merah-hijau
h. Oposisi hierarki
Contoh:
- camat lurah.
c.
Hiponim
Hiponim ialah kata yang memiliki hubungan hierarkis dengan
beberapa kata yang lain. Hubungan hierarki ini terdiri atas satu kata yang
merupakan induk (hipernim), yang memiliki semua komponen makna kata
lainnya yang menjadi unsur bawahannya (hiponim). Proses hiponim dan
hipernim menimbulkan istilah kata umum dan kata khusus.
Kata umum dipakai untuk mengungkapkan gagasan umum,
sedangkan kata khusus digunakan untuk perinciannya. Jadi, kata umum
dapat diterapkan untuk semua hal, sedangkan kata khusus diterapkan
untuk hal tertentu saja. Contoh penggunaan kata umum dan khusus dalam
kalimat seperti berikut.
1. Pukul 07.00 WIB bel berdering cukup keras.
Berdering (kata khusus), biasanya digunakan untuk bunyi bel. Kata
umumnya ialah bunyi. Kata bunyi bisa digunakan untuk semua suara
benda/sesuatu.
2. Untuk menyambut tahun baru, Ibu merangkai melati dan mawar.
Kata melati dan mawar merupakan kata khusus. Kata umumnya ialah
bunga.
Hiponim ialah kata yang memiliki hubungan hierarkis dengan
beberapa kata yang lain. Hubungan hierarki ini terdiri atas satu kata yang
merupakan induk (hipernim), yang memiliki semua komponen makna kata
lainnya yang menjadi unsur bawahannya (hiponim). Proses hiponim dan
hipernim menimbulkan istilah kata umum dan kata khusus.
Kata umum dipakai untuk mengungkapkan gagasan umum,
sedangkan kata khusus digunakan untuk perinciannya. Jadi, kata umum
dapat diterapkan untuk semua hal, sedangkan kata khusus diterapkan
untuk hal tertentu saja. Contoh penggunaan kata umum dan khusus dalam
kalimat seperti berikut.
1. Pukul 07.00 WIB bel berdering cukup keras.
Berdering (kata khusus), biasanya digunakan untuk bunyi bel. Kata
umumnya ialah bunyi. Kata bunyi bisa digunakan untuk semua suara
benda/sesuatu.
2. Untuk menyambut tahun baru, Ibu merangkai melati dan mawar.
Kata melati dan mawar merupakan kata khusus. Kata umumnya ialah
bunga.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Dari
makalah diatas dapat disimpulkan bahwa :
Kata
adalah Elemen terkecil dalam sebuah bahasa yang diucapkan atau dituliskan dan
merupakan realisasi kesatuan perasaan dan pikiran yang dapat digunakan dalam
berbahasa.
Klasifikasi kata dalam bahasa indonesia
1. klasifikasi kata berdasarkan kelas kata
1.1 kata kerja ( verba )
Kata kerja adalah kata yang menyatakan
perbuatan atau laku
a. Kata kerja dibedakan
menjadi dua, yaitu :
Kata kerja transitif adalah kata kerja yang selalu diikuti objek.
b. Kata kerja intransitif adalah kata kerja
yang tidak diikuti secara langsung oleh objek
1.2 kata sifat ( adjektif )
Kata sifat adalah kata yang menyatakan
sifat atau hal keadaan dari suatu benda atau sesuatu yang dibendakan.
1.3 kata keterangan
Kata keterangan adalah suatu kata atau kelompok kata yang menduduki suatu
fungsi tertentu, yaitu fungsi untuk menerangkan kata kerja, kata sifat, kata
keterangan yang masing-masingnya menduduki pula suatu jabatan atau fungsi dalam
kalimat.
1.4
kata ganti ( pronomina )
Kata ganti adalah kata yang dipergunakan untuk
menggantikan benda atau sesuatu yang dibendakan.
1.5
kata bilangan ( numeralia )
Kata adalah suatu bagian yang terkecil dalam sebuah tata bahasa, namun meskipun demikian kata merupakan suatu yang sangat vital dan fungsional yang struktural dalam pembentukan kohesi di sebuah kalimat maupun bagian terbesar dari itu sehingga menjadi sebuah paragrap dalam bahasa.
Kata bilangan adalah
kata yang menyatakan jumlah kumpulan dan urutan atau tingkatan suatu benda
sesuatu yang dibendakan.
1.6
kata benda ( nomina )
Kata benda ialah kata-kata yang menyatakan benda.
1.7
kata tugas
Kata
Tugas adalah kata atau gabungan kata yang tugasnya semata-mata memungkinkan
kata lain berperan dalam kalimat
Berdasarkan peranannya
dapat dibagi menjadi lima subkelompok:
(2)
preposisi (kata depan), (2)konjungsi (kata sambung),
(3) artikula (kata sandang),
(4) interjeksi (kata seru), dan (5) partikel penegas.
1.7.1
kata depan ( preposisi )
Kata depan adalah kata yang menghubungkan dua kata
atau dua
Kalimat.
1.7.2
kata sambung ( konjungsi )
Kata sambung adalah kata yang berfungsi
untuk menyambungkan bagian-bagian dalam kalimat atau menggabungkan antara satu
kalimat dengan kalimat yang lain bahkan satu paragraf dengan paragraf yang
lain.
1.7.3
kata sandang ( artikula )
Kata sandang ialah
kata yang gunanya untuk menegaskan kata yang berikutnya yang disandanginya,
hingga kata-kata itu mempunyai arti yang tentu, tersekat dari nada yang
lain-lain.
1.7.4
kata seru ( interjeksi )
Kata seru
ialah kata-kata yang gunanya hanya untuk “melepaskan” perasaan, keluarnya pun biasanya
tiada dengan sengaja, seolah-olah terlompat begitu saja dari mulut.
1.7.5
partikel
Partikel adalah
kategori atau unsur yang bertugas memulai,
mempertahankan, atau mengukuhkan sebuah
kalimat dalam komunikasi.
2. Klasifikasi kata berdasarkan bentuk kata
2.1 kata dasar
Umumnya kata dasar dalam bahasa Indonesia,
dan juga semua bahasa yang serumpun dengan bahasa Indonesia, terjadi dari dua
suku kata
2.2 kata turunan
Perubahan pada kata turunan disebabkan karena
adanya afiks atau imbuhan baik di awal (prefiks atau awalan), tengah (infiks
atau sisipan), maupun akhir (atau akhiran).
2.3
kata ulang
Kata ulang adalah kata dasar atau bentuk dasar yang
mengalami perulangan baik seluruh maupun sebagian.
2.4
kata majemuk
Kata majemuk adalah gabungan beberapa kata dasar
yang berbeda membentuk suatu arti baru.
3.2
Saran
Berdasarkan semua pembahasan diatas, penulis memberikan
saran :
1.
Kita harus lebih memahami lagi
materi mengenai kata dalam bahasa indonesia.
2.
Dalam menulis sebaiknya kita
lebih mengetahui jenis dan bentuk kata apa yang kita gunakan.
3.
Diharapkan dengan adanya makalah
ini pembaca akan lebih mengetahui tentang apa saja klasifikasi kata yang
terdapat dalam bahasa indonesia.
0 Response to "Kata Dalam Bahasa Indonesia"
Post a Comment