SISTEM PENGISIAN ( CAHRGING SYSTEM)
Thursday, September 5, 2019
Add Comment
A. SISITEM PENGISIAN
Sistem pengisian adalah skema penghasil energi
listrik yang di salurkan ke semua sistem kelistrikan kendaraan sebagai sumber arus serta melakukan
pengisian terdapat daya baterai
Sistem pengisian akan menghasilkan energi listrik
selama mesin dihidupkan. itu karena sistem pengisian menggunakan putaran mesin sebagai sumber
tenaganya.
listrik yang dihasilkan, akan langsung dib pakai
untuk menghidupkan lampu, klakson, serta kelistikan mesin.
·
Komponen
sistem pengapian
1.
Kunci kontak untuk mengaktifkan medan magnet pada rotor coil
2.
Alternator untuk mengubah energi
3.
Rectifier untuk menywrahkan arus listrik
4.
Regultor sebagai pengatur tegangan pengisian
5.
Aki/batrai sebagai penyimpan listrik
6.
Wiring sebagai pengalir arus listril pada sistem pengapian.
B.
PRINSIP
KERJA SISTEM PENGISIAN
Sistem pengisian bekerja
dengan mengubah energi gerak (putaran mesin) menjadi energi listrik. ini mirip
dengan generator yang mengubah energi gerak menjadi energi listrik.
Untuk melakukan peruban energi tersebut, sistem
pengisian menggunakan komponen bernama alternator.
Alternator adalah komponen mirip seperti generator
AC yang dapat melakukan perubahan energi gerak ke energi listrik menggunakan
prinsip elektromagnetik.
Prinsip elektromagnetik ini mengacu pada hukum
faraday yang berbunyi, ketika sebuah medan magnet berputar secara terus menerus
memotong kumparan maka akan membangkitkan beda potensial pada kumparan tersebut.
C.
KONTRUKSI
DAN RANGKAIAN PENGISIAN
Komponen utama pada pengisian adalah pada
alternator. Di dalam alternator terdapat
dua komponen yakni:
a.
Rotor coil
merupakan kumparan berputar yang menghasilkan medan
magnet.
b.
Stator coil
Merupakan kumparan diam
yang terletak di sekitar rotor berfungsi untuk menangkap medan magnet yang terpotong.
Cara kerjanya, rotor akan
berputar didalam stator. Karena rotor ini memiliki medan magnet, maka putaran
rotor akan menimbulkan perpotongan garis gaya magnet yang memicu terjadiny
aliran listrik pada startor.
Crankshaft mesin menjadi
sumber tenaga dari rotor. Pada alternator, rotor akan terhubung dengan sebuah
pulley, dan pulley ini akan di hubungkan ke cranksaft menggunakan V-belt.
Besar kecilnya aliran
listrik (tegangan) ini berbandingan
lurus dengan RPM rotor.
Artinya, apabila mesin
bekerja pada RPM tinggi maka perpotongan antara rotor dan stator akan semakin
cepat, sehingga meningkatkan tegangan yang di hasilkan.
Sementara itu, kelistrikan
mesin dibatasi hanya 12 Volt.
Oleh sebab itu, arus dari
alternator tidak tidak secara langsung di hubungkan ke beban kelistrikan mobil.
1.
Pertama arus akan di kerahkan
Karena kelistrikan mobil
menggunakan arus DC, maka arus dari alternator yang memiliki arus AC harus
diserahkan terlebih dahulu.
Rectifier berfungsi untuk
menyerahkan arus AC menjadi DC . Cara kerja rectifier ini adalah dengan
memanfaatkan dioda untuk membelok alira listril ke salah satu arah.Sehingga
arus hanya mengalir satu arah (DC).
2.
Tegangan listrik dari alternator akan di regulator
Ini komponen
yang mencegah terjadinya overvoltage pada kelistrikan mobil. Regulator adalah
kpomponen yang bisa menahan tegangan listrik dari alternator agar tidak
berlebihan.
Tegangan
maksimal pengisian listrik umumnya ada di angka 14 volt.
Cara kerjanya, ketika RPM
mesin naik hingga sekitar 2.000 RPM, maka akan ada penambahan tegangan
pengisian. Regulator akan mengurangi medan magnet dan rotor.
Sehingga peningkatan
tegangan aoutput pengisian tidak terlalu signifikan sekitar 13 – 14 volt saja.
Namun
apabila RPM mesin tinggi, tegangan pengisian yang di hasilkan bisa melebihi 15V
sehingga regulator akan menghentikan kemagnetan pada rotor hingga RPM mesin
turun.
D.
FUNGSI SISTEM PENGISIAN
Fungsi pengisian pada kendaraan adalah untuk
mengganti tegangan listrik yang ada di batrai setelsh bstrsi melskuksn tugasnya
mensuplay kebutuhan kendaraan, karena bartai mempunyai kapasitas dan daya
tampung yang sangat terbatas akan tetapi kebutuhan akan listrik pada sebuah
kendaraan sangat besar maka sistem pengisian ini menjadi sangat vital. Pada
sebuah kendaraan ada beberapa sistem yang membutuhkan tenaga listrik baik saat
kendaraan berjalan ataupun pada saat kendaraan berhenti. Diantaranya adalah
sistem starter dimana disini hampir 70% tenaga listrik di pakai untuk melakukan
awalan putaran mesin tersebut, sistem pengisian, sistem kelistrikan baik itu
untuk beban lampu dan Air condisioner dan masih banyak lagi sistem dalam
kendaraan yang memerlukan sumber tenaga listrik tersebut\
E.
CARA
KERJA SISTEM PENGISIAN
gambar 2.1
Pada saat kunci kontak ON mesin Mati
a.
Setelah kunci kontak diputar keposisi ON, maka arus akan mengalir dari
batrai ke fusible link, ke kunci kontak
ke fuse ke charger warning lamp ke terminal L regulator ke PO ke P1 ke
massa. Akibatnya lampu pengisian menyala.
b.
Pada saaat yang sama, arus dari batrai juga mengalir ke FL ke KK ke fuse
ke terminal IG regulator ke PL1 ke PL2 ke PL0 ke terminal F regulator ke F
alternator ke slipring, ke rotor coil, ke slip ring kemudian ke massa.
Akibatnya pada kumparan rotor timbul medan magnet.
2. Cara kerja sistem pengisian mesin hidup putaran lambat
Gambar
2.2 pada saat putaran mesin lambat
a.
Setelah mesin hisup, alternator khususnya pada stator coil akan
menghasilkan arus listrik.
b.
Aruas yang di hasilkan ini dari terminal N Alternator akan mengalir
menuju terminal N alternator ke N regulator, ke kumparan voltage relay, ke
massa. Akibatnya pada voltage relay terjadi kemagnetan, sehingga terminal PO
akan tertarik dan menempel deengan P2. Yang mana arus yang ke lampu pengisian
(cwl) tidak mendapatkan massa, ini akan membuat lampunya mati.
c.
Output dari stator coil ini di salurkan ke dioda (rectifier) dan diserahkan
menjadi arus searah (DC) kemudian mengalir ke terminal B alternator kemudian ke
batrai. Maka pada batrai/aki terjadi pengisian.
d.
Arus dari terminal B alternator juga mengalir ke B regulator ke P2 ke PO
ke kumparan voltage regulator ke massa. Akibatnya timbul kemagnetan pada
voltage regulator.
e.
Karena putaran mesin rendah, tergangan output alternator cenderung
rendah, dan kemagnetan pada kumparan voltage regulator pun juga masih lemah,
akinatnya tidak mampu menarik PL0 dan tetap menempel ke PL1 (karena adanya
pegas pada PL0).
f.
14, Pada saat ini arus yang besar mengalir dari IG, ke PL1, ke PL0, ke F
regulator, ke F alternator ke RC ke massa, maka arus yang mengalirke RC besar dan medan magnet
pada RC sangat kuat. Jadi, meskipun putaran lambat, output alternator tetap
cukup untuk mengisi batrai karena medan magnet pada RC kuat. Output tegangan ini berkisaran antara 13,8
sampai 8 Volt.
3. Cara kerja sistem pengisian mesin hidup putaran sedang.
Gambar
2.3 sistem pengisian mesin hidup putaran sedang
a.
Ketika putaran mesin dinaikan menjadi putaran sedang, maka tegangan
output alternator di terminal B akan naik juga dan arusnya mengalir ke B
regulator ke P2 ke P0 ke kumparan voltage regulator, ke massa.
b.
Akibatnya, kemagnetan pada voltage regulator menjadi semakin kuat dan mampu menarik PL0
tetapi belum cukup sehingga PL0 ini akan lepas dari PL1 dan posisinya
mengambang.
c.
Akibatnya, arus dari B alternator mengalir ke IG regulator ke
resistor/tahanan ke F regulator ke F alternator ke RC ke massa. Karena arus
melewati resistor, maka arus tersebut akan lebih kecil akbatnya kemagnetan pada
rotor coil melemaah.
d.
Meskipun kemagnetan pada RC melemah, namun putaran mesin naik ke putaran
sedang (putaran alternator semakin cepat) sehingga output alternator tetap untuk
mengisi batrai (tegangan antara 13,8 sampai 14,8 volt).
4.
Cara kerja sistem pengisianan mesin hidup putaran tinggi.
Gambar 2.4
sistem pengisian mesin hidup putaran tinggi
a.
Jika putaran dinaikan lagi menjadi putaran tinggi, maka tegangan outpot
pada terminal B alternator akan cenderung makin tinggi. Bila tegangan tersebut
melebihi 14,8 volt, maka kemagnetan pada kumparan voltage regulator semakin
kuat yang mana akan mampu menarik PL0 dan akan membuat menempel dengan PL2.
b.
Karena PL0 menempel dengan PL2, maka aliran arus akan berbeda, yakni arus
yang berasal dari terminal IG regulator akan mengalir ke R ke P0 ke PL2
kemudian ke massa (tidak mengalir ke RC). Hal ini yang menyebabkan medan magnet
pada rotor coil tidak ada.
c.
Karena pada RC tidak terjadi kemagnetan, maka output tegangan pada
alternatornya pun akan turun. Bila tegangan output kurang dari tegangan standar
(13,8 - 14,8 volt) maka kemagnetan pada
voltage regulator akan melemah lagi, sehingga PL0 akan lePas Dari PL2.
d.
Arus dari IG regulator ke R kembali mengalir lagi ke RC ke massa,
sehingga medan magnet pada RC kembali menguat sehingga tegangan output
alternator naik lagi.
e.
Bila tegangan di B naik lagi dan melebihi 14,8 volt, maka prosesnya
berulang ke proses seperti di atas secara berulang ulang dari PL0 lepas dn
menempel dengan PL2 secara priodik sehingga output alternator tetap setabil.
0 Response to "SISTEM PENGISIAN ( CAHRGING SYSTEM)"
Post a Comment